PURWOKERTO – Penipuan berkedok memberangkatkan umrah terjadi di Banyumas. Tidak kurang dari 127 orang yang berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya menjadi korban.
Para korban yang sudah membayar uang berkisar antara Rp 5 juta – Rp 53 juta, tak kunjung diberangkatkan. Mereka sudah membuat paspor dan menjalani suntik meningitis, namun hingga saat ini tak kunjung diberangkatkan ke Tanah Suci.
”Saya dan istri sudah dijanjikan berangkat pertama kali sebelum bulan puasa, tapi gagal. Lalu dijanjikan setelah lebaran juga tak jadi berangkat. Dan terakhir kali dijanjikan berangkat bulan November 2019, juga belum bisa diberangkatkan. Karena tak ada kepastian dan orang yang akan memberangkatkan juga kabur, kami akhirnya melapor karena merasa ditipu,” ungkap Ahmad Suwito Satim (60) warga Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Banyumas, saat melapor ke Polres Banyumas, Selasa (17/12).
Satim mengatakan untuk keperluan umrah bersama istrinya sudah membayar Rp 53 juta, kepada pasangan suami istri Ningrum dan Rudi, pengelola pondok pesantren di Kemutug Lor yang merekrut calon jamaah umrah. Pasangangan suami istri itu mengaku sebagai perwakilan salah satu biro perjalanan haji dan umrah yang ada di Purwakarta, Jawa Barat.
Menurut Satim, selain dirinya masih banyak warga yang menjado korban. Dari data yang ada tercatat ada 127 orang yang hingga saat ini suah membayar tetapi tak kunjung diberangkatkan umrah.
“Kalau dihitung total, uang yang sudah diserahkan kepada Ningrum dan Rudi mencapai Rp 1 miliar,” kata dia.
Korban lain bernama Dani Hadi Winata (32) warga Jl Pertabatan, Purwokerto Kidul yang juga menjadi korban mengatakan, awalnya dia bisnis barang antik dengan Rudi. Tetapi ketika bisnis tak berjalan sesuai yang diharapkan, Dani yang sudah menyerahkan uang jutaan rupiah oleh Rudi kemudian dimasukkan menjadi salah satu calon jamaah umrah.
”Awalnya saya bisnis barang antik. Tapi karena tidak lancar, dengan uang yang sudah saya setorkan, akhirnya saya dimasukkan juga sebagai calon jamaah umrah. Tapi setelah menunggu berbulan-bulan, ternyata tak kunjung berangkat umrah,” terangnya.
Iming-iming
Menurut Dani, banyak warga yang tergiur mendaftar jadi jamaah umrah kepada Rudi dan Ningrum karena ada iming-iming. Mulai dari bonus atau diskon dan cukup bayar 50 % bisa berangkat umrah. Pasangangan suami istri itu juga membagi-bagikan voucher diskon untuk bisa umrah.
”Orang tertarik karena sebelumnya sudah ada yang sukses diberangkatkan dan ada yang berangkat umrah gratis. Ada yang dapat bonus sehingga cukup bayar Rp 5 juta. Ada yang cuma bayar Rp 12,5 juta tapi ada juga yang bayar Rp 23,5 juta per orang dan ada dua orang sampai Rp 53 juta,” katanya.
Dani sendiri pernah menghubungi biro perjalanan Laraiba Shakira di Purwakarta yang disebut-sebut oleh Ningrum dan Rudi sebagai biro perjalanan umrah dan haji tempatnya bernaung.
”Dari pihak biro perjalanan haji dan umrah di Purwakarta itu menyebutkan tahun ini belum pernah menerima data apalagi setoran uang untuk perjalanan umrah dari Rudi dan Ningrum. Dari jawaban yang diperoleh itu ketahuan kalau kami jadi korban penipuan. Bagi kami sebenarnya ingin uang kembali. Tapi karena tidak ada kepastian, kami mengadu ke Polres,” terangnya.
Rupanya setelah banyak yang menyetor hingga jumlahnya ada 127 orang, pasangan suami istri tersebut menghilang. Saat sejumlah orang menggerudug ke pondok pesantren tempat pasangan suami istri tinggal untuk dimintai pertanggungjawaban, keduanya sudah kabur. (G23-20)