PURWOKERTO-Klien (eks warga binaan) Badan Pemasyarakatan (bapas) Kelas II Purwokerto yang menjalani masa integrasi dan asimilisi karena ada pendemi Covid-19, sebagian diajari untuk mendapatkan bekal ketraampilan dan pengetahuan penyulingan minyak atseri.
Salah satunya, mereka dilatih dan dibimbing di pabrik penyulingan minyak atsiri milik PT Dewara Nusa Jaya, di Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja. Peresmian pengoperasian pabrik penyulingan tersebut dilakukan, Senin (24/8) oleh Kepala BapasKelas II Purwokerto Edi Suwarno, didampingi Direktur PT Dewara Nusa Jaya Wahyu Baharudin, Kepala Lapas Purwokerto Ismono dan Camat Patikraja Widyo Satmoko.
Edi mengatakan, pemberian bekal penyulingan minyak atsiri ini merupakan bagian dari program kemandirian klien pasca menjalani masa hukuman. Tujuannya untuk bekal saat mereka kembali ke masyarakatmemiliki ketrampilan atau siap bekerja, supaya tidak selalu mendapat stigma negatif dari masyarakat.
“Harapannya setelah mereka mengikuti pembimbingan penyulingan ini memiliki bekal dan syukur-syukur bisa direkrut sebagai pekerja di sini. Mereka juga bisa belajar menanam serai,” katanya.
Dia mengatakan, di lingkungan Bapas Purwokerto yang membawahi lapas dan rutan di eks Karisidenan Banyumas plus Kebumen, saat ini ada 370 klien dari total 1.005 warga binaan. Setiap bulan akan dijadwal 12 klien bisa mendapatkan pembimbingan dan pelatihan di pabrik tersebut.
“Karena klien kami itu berada di rumah masing-masing. Ini juga menjadi kendala untuk mendata mereka yang siap mengikuti pembimbingan ini. Biasanya susah kalau dihubungi. Ini beda saat masih menjadi warga binaan (masih di dalam lapas/rutan), seperti yang sudah berjalan di Nusakambangan,” ujar dia.
Pihaknya berharap, klien yang berada di rumah jika berminta untuk segera berkomunikasi dengan petugasnya. Hal ini akan memudahkan untuk penyiapan jadwal kegiatan pelatihan dan pembimbingan.
“Kami sedang mengupayakan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, supaya klien-klien yang mengikuti pelatihan ini bisa dibantu operasional (insentif), untuk memberi motivasi mereka,” harapnya.
Wahyu mengatakan, penyulingan minyak atsiri ini memenafaatkan lahan milik Lapas Purwokerto seluas 3,6 hektare. Lahan tersebut ditanami tanaman serai, bahan baku minyak atsiri. Untuk pengelohan, penanaman selama ini melibatkan pekerja, dan saat panen melibatkan warga sekitar.
“Alat penyulingan yang kami siapkan hanya untuk kapasitas 500 kllgram daun basah dengan hasil 4 kg, karena kebutuhan lahan kurang dari 4 ha. Ini beda dengan yang di Nusakambangan, ada lahan 10 ha, mengunakan kapasitas penyulingan 1 ton daun basah.
Dia mengatakan, untuk panen tanaman serai setahun tiga kali. Namun pihaknya akan mengupayakan setiap hari tetap ada kegiatan produksi, sehingga klien Bapas Purwokerto bisa mendapatkan pembimbingan.
“Karena lahan milik lapas, keterlibatan warga diberi hak untuk proses pemanenan saja. Hasil 1 kg daun basah kami beli Rp 500-Rp 1.000. Untuk proses penanaman, bibit, perawatan dari kami, tidak ada investasi dari warga sekitar,” katanya. (G22-)