PURWOKERTO – Sebanyak 80 desa di Kabupaten Banyumas dipilih untuk screening massal menggunakan tes rapid antigen demi menekan angka kematian akibat Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Sadiyanto mengatakan, 80 desa tersebut diseleksi berdasar angka kematian Covid-19 lebih besar dari desa/kelurahan yang lain atau kasus sakit yang banyak dibandingkan yang lain.
“Screening ini rapid antigen akan kita mulai Senin besok (hari ini-red). Masing-masing puskesmas mendapat jatah melakukan screening dua desa. Ini untuk mendeteksi apakah kormobid, warga usia lanjut positif Covid-19 atau tidak, dan kondisi baik atau tidak,” katanya, kemarin.
Jika hasil rapid antigen hasilnya positif, lanjut dia, maka akan ditindaklanjuti dengan swab PCR. Bagi kormobid dan lansia, jika positif baik kondisi sehat maupun begejala, langsung ada tindakan dibawa ke rumah sakit untuk menghindari kondisi yang fatal.
“Rencana tadinya mau kita jalankan Jumat kemarin, tapi waktunya pendek. Dari pengalaman dua desa yang pernah kita lakukan sebelumnya, mulai pagi selesai sampai di atas pukul 13.00,” katanya mencontohkan.
Menurutnya, screening massal ini bakal menggunakan rapid antigen hasil bantuan dari BNPT sebanyak 5 ribu, maka yang akan dipakai sekitar 4 ribu, dan seribu untuk stok cadangan di Dinkes.
(Baca Juga: Penumpang KA Jarak Jauh Harus Test Rapid Antigen)
“Rapid antigen saat ini kita punya sekitar 8 ribu, terdiri bantuan BNPT 5 ribu, bantuan provinsi seribu, dan kita beli dengan dana BTT sekitar 2 ribu. Yang sudah kita pakai 400-an,” terangnya.
Resiko Tinggi
Bupati Banyumas, Achmad Husein mengatakan, rencana screening massal tes cepat antigen difokuskan ke komorbid. Sebab mereka merupakan kelompok masyarakat yang memiliki potensi tertular dan beresiko tinggi terpapar Covid-19.
“Di antara komorbid itu, ada yang positif dan negatif. Maka kedatangan tim screening ini juga untuk sosialisasi supaya mereka lebih hati-hati lagi,” kata bupati terpisah.
Jika dalam pendataan itu, lanjut Husein, dari yang positif itu ada yang bergejala dan tidak bergejala. Bagi yang bergejala, langsung diambil untuk diisolasi ke rumah sakit yang disiapkan. Saat ini, katanya, kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 masih mencukupi.
“Kalau misalnya meledak lagi, juga sudah kita siapkan lokasi karantina mandiri. Hotel Rosenda dan Pondok Slamet di Baturraden saat ini, juga masih kosong. Yang sudah penuh hanya Balai Diklat,” terang Husein.
Sedangkan yang positif tidak ada gejala, lanjut dia, disarankan untuk karantina mandiri di rumah, namun tetap cek kesehatan di rumahnya. Diakui bupati, karantina mandiri itu sangat berat. Ia pernah menjalani saat melayani anaknya yang beberapa waktu lalu juga positif Covid-19, namun sebagai orang tanpa gejala (OTG). (aw-2)
Diskusi tentang artikel