PURWOKERTO – Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan berkoordinasi dengan aparat keamanan agar kasus pembunuhan terhadap staf KPU tidak terulang.
“Pertama tentu saja kami berkoordinasi dengan kepolisian. Kemarin pak ketua ketika melepas jenazah menyampaikan agar pihak keamanan membantu kami melindungi para petugas kami yang bekerja, terutama di daerah yang kini sedang menjalankan tahapan pilkada,” kata Komisioner KPU RI Ilham Saputra.
Ia mengatakan itu saat ditemui wartawan usai menyerahkan tali asih kepada keluarga Hendry Jovinski di Desa Kedungmalang, Kecamatan Sumbang, Banyumas bersama rombongan, Jumat (21/8) siang.
Menurutnya, tahapan pilkada akan meningkatkan eskalasi politik dan juga ini terkait dengan keamanan seluruh petugas KPU dalam menjalankan tugas.
“Tentu kami menjalankan tugas karena amanat undang-undang dan tugas negara. Oleh karenanya sudah jadi kewajiban keamanan untuk mengawal kami dalam bekerja. Kami harus punya rasa aman, serta dalam bekerja tidak ada yang mengintervensi dan kekerasan terhadap petugas kami,” katanya.
Seperti diberitakan, Hendry Jovinski yang merupakan staf KPU Yahukimo, Papua asal Banyumas, dilaporkan tewas dibunuh orang tak dikenal (OTK) saat bertugas pada Selasa (11/8) di Distrik Dekai Kabupaten Yahukimo, Papua.
Ilham Saputra mengatakan, perkembangan kasus pembunuhan telah diserahkan ke kepolisian. “Harapan kami pelaku dihukum seberat-beratnya sesuai dengan hukum di negara kita agar kemudian tidak ada lagi siapapun yang melakukan tindak kekerasan, kriminalitas terhadap petugas kami di lapangan,” katanya.
Pada kesempatan itu, KPU menyerahkan tali asih kepada keluarga Hendry Jovinski senilai Rp 260 juta. Tali asih ini merupakan donasi dari para petugas KPU Indonesia.
“Kami buka dompet terkumpul sekitar Rp 260 juta lebih. Nanti ada lagi dari KPU Jawa Timur akan diserahkan di Yogyakarta, Senin (24/8). Ini bentuk simpati kami kepada almarhum yang wafat dari tugas,” kata Ilham Saputra.
Sementara itu, ibu kandung Hendry Jovinski, Vivin Monica (53), menuturkan KPU selalu memberi perhatian kepada keluarga yang ditinggalkan dari awal kejadian hingga Jumat (21/8).
“Cuman yang saya sesalkan, KPU tidak memberi pengarahan terkait ketidakamanannya bertugas di sana. Harusnya ada pengawalan dan pengarahan karena kondis di sana seperti itu. Hendry, anaknya sangat polos tidak punya prasangka,” katanya.
Dia berharap kasus ini dapat diungkap dan pelakunya ditangkap untuk dihukum. “Tidak mungkin tiba-tiba ada OPM atau orang tidak dikenal, pasti ada dalangnya karena itu pembunuhan berencana,” tuturnya. (H60-)