Lalu pada 9 Mei, pasien masih mengeluh sesak nafas, terapi HFNC masih diberikan, program terapi dilanjutkan.
Pada 10 Mei, pasien mengeluh sesak nafas makin berat, tanda-tanda vital semakin menurun, sehingga dilakukan intubasi, dan dipasang ventilator. Serta dipasang central venous catheter agar obat lebih cepat bereaksi.
Pada 10 Mei pukul 21.00, pasien mulai gelisah, obat untuk daya tahan tubuh/memperbaiki imun (gamaras) sudah diinjeksi.
Pada 10 Mei, pukul 21.30 sepanjang pemberian immunoglobulin intravena masuk, tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, pernafasan, dan suhu terpantau baik. Tekanan darah 98/55 mmHg, nadi 103x, suhu 36,7 derajat, pernafasan dengan ventilator.
Sepanjang injeksi obat gamaras masuk, dilakukan pembersihan lendir dengan alat suction, karena produksi lendir meningkat. Selesai injeksi immunoglobulin intravena pukul 22.30.
Petugas terus mengobservasi, dan dilakukan pembersihan lendir dengan alat Endotracheal secara rutin. Setelah terapi dosis penenang, pembersihan lendir, dna obat gamaras masuk pasien mulai tenang.
(Baca Juga: Tambah 1 Orang, Total 14 ABK Filipina Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Pada 11 Mei, pukul 01.45, pasien kembali gelisah, produk lendir/secret meningkat. Terpantau di ruang isolasi kondisi memburuk. Kemudian pukul 02.15 pasien mengalami henti jantung/cardiac arrest, dilakukan resusitasi jantung paru/pompa jantung, namun tidak ada respon dari pasien. Pukul 02.25, pasien dinyatakan meninggal oleh dokter jaga code blue. (Gdw-6)