PURWOKERTO – Temuan kasus stunting atau keterlambatan pertumbuhan badan akibat gizi buruk yang menimpa anak-anak di Kabupaten Banyumas tahun 2019 mencapai 16.581 kasus. Dari data Dinas Kesehatan setempat, khusus di Purwokerto tercatat 1.042 kasus.
Menyikapi kondisi tersebut, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Banyumas, Erna Husein mengajak semua kader terlibat secara aktif dan sistematis dalam pencegahan dan penanggulangan stunting. Hal ini diharapkan mampu menekan tingginya prevalensi stunting.
Pihaknya saat ini telah membekali PKK kecamatan dan desa untuk terlibat aktif, sistematis, dan berkesinambungan.
“Upaya yang bisa kami lakukan untuk mencegah stunting atau kuntet, yakni dengan meningkatkan jumlah dan kualitas sosialisasi para kader dasa wisma kepada keluarga di wilayah kerjanya. Agar ilmunya tersampaikan kepada ibu-ibu dasa wisma,” katanya.
Menurutnya, pelatihan dilakukan secara bertahap dengan protokol kesehatan. Pelatihan digelar sebanyak 14 kali pertemuan bagi 738 pengurus dan kader PKK kecamatan dan desa/kelurahan sampai 10 Agustus mendatang.
Erna menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak lebih pendek dari usianya.
“Kekurangan gizi tersebut terjadi sejak bayi berada dalam kandungan. Kondisi ini memberikan dampak anak menjadi lebih mudah sakit, kemampuan kognitif kurang, dan bahkan dalam jangka panjang bisa menimbulkan kerugian ekonomi,” jelasnya.
Untuk memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1.000 hari pertama kehidupan bayi. Di antaranya mendorong perbaikan pola asuh oleh keluarga melalui kegiatan pokja I dan II PKK. Kemudian pengaturan pola makan anak oleh orang tua, melalui kegiatan pokja II dan III, dan pembiasaan budaya hidup bersih dan sehat di rumah melalui kegiatan pokja IV. Selanjutnya, memberikan pembinaan dan pemantauan terhadap pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan stunting. (G22-3)