PURWOKERTO – Komoditas pangan jenis pisang cavendish untuk konsumsi (grand nine) siap dikembangkan di Kabupaten Banyumas.
Saat ini sudah ada salah satu perusahaan perkebunan besar di Jakarta menawarkan kerja sama.
“Ini sedang kami bahas dengan sejumlah pemerintah desa dan dinas pertanian, untuk kesiapan lahan dan kerjasamanya,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banyumas, Purwadi Santoso, Rabu (29/7) usai rapat dengan sejumlah pimdes, di kantornya.
Menurut Purwadi, sejumlah desa yang menyatakan ada ketersediaan lahan, di antaranya di Desa Cibangkong Kecamatan Pekuncen, di Desa Karangkemiri Kecamatan Karanglewas. Keduanya ada lahan sekitar 10 hektare. Selanjutnya, di Desa Kalikidang Kecamatan Sokaraja, ada lahan sekitar 5,5 ha.
“Untuk desa-desa yang lain sedang diinventarisasi dan dikoordinasikan. Saat ini sudah ada satu perusahaan di Jakarta, yakni PT Putra Nusantara siap bekerja sama,” terangnya.
Perusahaan tersebut, katanya, sudah memiliki kebun yang sudah berjalan lama untuk budidaya pisang tersebut, di Lampung. Perusahaan tersebut menawarkan bisa menerima hasil panen dari lahan ratusan ha, jika Banyumas siap menerima tawaran kerjasama ini.
Menurutnya, budidaya ini sangat memungkinkan dikembangkan di Banyumas, terutama di wilayah Pekuncen, yang memiliki ketinggian lebih dari 150 meter diatas permukaan laut (Dpl). Nilai jual buah pisangnya juga cukup baik.
Purwadi mencontohkan, di supermarket atau di toko buah, satu butir saja harganya sampai Rp 5.000.
“Model kerjasamanya, bibit diberikan lebih dulu, termasuk inovasi penggunaan teknologi. Hasil panen nanti juga dibeli oleh perusahaan itu. Untuk tahun pertama dari tanam sampai panen butuh waktu delapan bulan, setelah itu empat bulan,” terangnya.
Kepala Bidang Peneliian dan Pengembangan Bappedalitbang, Jakarta Tisam mengatakan, untuk memaksimalkan kualitas hasil panenan dan tingkat ketahanan buah supaya awet (tidak cepat busuk), maka diperlukan dukungan riset (pengembangan genetik-nya) dan sentuhan teknologi (inovasi).
“Kita kan punya sejumlah perguruan tinggi, dan banyak pakar di bidang pertanian. Nanti kita akan gandeng mereka untuk melakukan penelitian,” katanya.
Di wilayah eks Karesidenan Banyumas, kata dia, petani atau daerah yang sudah mengembangkan budidaya pisang cavendish, di Kabupaten Banjarnegara. Namun dari hasil survei, pola dan model budidayanya kebanyakan masih konvensional. Yakni ditanam dan dibiarkan tumbuh hingga menghasilkan buah.
“Jika ini nanti bisa dikembangkan di sini, pak bupati dan wakil bupati menginginkan hasilnya harus lebih bagus, sehingga perlu ada pelibatan kalangan ilmuwan dan ahli teknologi,” ujar dia. (G22-1)