PURWOKERTO – Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Purwokerto menyiapkan rumah kreatif untuk memantau metode pembinaan di luar lapas dan rutan, selama masa pandemi Covid-19.
Rumah kreatif yang disiapkan berlokasi di Desa Ledug Kecamatan Kembaran. Rencananya untuk tempat pelatihan dan pembinaan warga binaan sebelum bebas murni.
Pendirian rumah kreatif sebagai bentuk upaya mendidik warga binaan untuk memiliki keterampilan sehingga mereka akan dilatih sesuai kemampuan dan keahlian masing-masing.
“Saat ini kita memiliki klien (warga binaan) hampir 1.000 orang lebih yang sedang menjalani hak integrasi dan asimilasi. Dulu sebelum ada kebijakan terkait dampak Covid-19, ini dilakukan di lapas dan rutan, tapi sekarang dilakukan di rumah masing-masing. Mereka belum bebas murni dan masih dalam masa bimbingan dan pengawasan kita,” kata Kepala Bapas Kelas II Purwokerto, Edi Suwarno, Senin (27/7), saat mengecek calon lokasi rumah kreatif.
Rumah kreatif tersebut disiapkan hasil kerjasama dengan LBH DPC Peradi Suara Advokat Indonesia (SAI) Purwokerto. Menurut Edi, rumah kreatif ini untuk tempat bimbingan dan pelatihan, supaya warga binaan tersebut memiliki bekal dan berdikari setelah bebas murni. Ini untuk bekal kemandirian saat terjun kembali ke masyarakat.
“Dampak Covid-19 ini, secara ekonomi kan banyak pekerja yang dirumahkan. Otomatis warga binaan (klien) yang menjalani hak integrasi dan asimilasi juga sama, makanya selama mereka berada di luar (di rumah) kita bantu melalui rumah kreatif,” terang dia.
Pemantauan dan Pengawasan
Menurutnya, di wilayah kerjanya yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ada 1.646 klien atau warga binaan yang perlu mendapat pemantauan dan pengawasan.
“Ini kita siapkan sekaligus untuk menindaklanjuti kebijakan Kementerian Hukum dan HAM dalam upaya penanggulangan penularan Covid-19, akibat kapasitas over maka perlu ada pengawasan saat berada di luar tahanan,” katanya.
Bentuk pengawasan, lanjut Edi, dengan pemantauan dan diberi kegiatan pelatihan terutama bagi klien yang tidak memiliki kegiatan.
”Bagi klien yang tidak memiliki kegiatan atau nganggur seperti hanya makan tidur perlu ada kegiatan, sehingga pikiran tidak kacau,” ungkapnya.
Bentuk kegiatan itu, terang dia, berupa pelatihan keterampilan sesuai dengan minat dan kemampuan para warga binaan. Dalam rumah kreatif nanti ada pelatih. Untuk materi pelatihan yang disiapkan seperti desain grafis, perkebunan, dan penyulingan minyak atsiri.
Dia mengungkapkan, dari 600 warga binaan yang menjalani asimilasi ada 12 orang diantaranya kembali melakukan tindak pidana kembali dan saat ini sedang menjalani proses hukum. (G22-1)