PURWOKERTO – Pesatnya pertumbuhan destinasi wisata di Kecamatan Baturraden, Banyumas memacu kepadatan wisatawan. Bahkan, kawasan ini diprediksi mengalami lonjakan kepadatan wisatawan.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Saptono Supriyanto menyebutkan, dalam kurun waktu empat tahun ini perkembangan objek wisata di wilayah Kecamatan Baturraden sangat pesat. Destinasi itu di antaranya Kebun Raya Baturraden yang dikelola Pemprov Jateng, Taman Miniatur Dunia Small World, Caping Park, The Village dan terakhir Gallery Water Karangmangu yang dikelola swasta.
“Kami mendapat masukan untuk mulai memikirkan tentang dampak overtourism. Karena hal itu akan mempengaruhi lingkungan sosial, budaya, maupun sumber daya alam. Dampak yang cukup terasa yaitu banyaknya sampah, kurangnya lahan parkir dan macet. Itu perlu kita pikirkan,” katanya, ketika berbincang dengan Suarabanyumas.com, Rabu (16/10).
Menurut dia, bila tak dilakukan pembatasan, maka tahun 2021 mendatang kawasan Baturraden dapat mengalami overtourism. Sebab, dari data sementara khususnya Lokawisata Baturraden yang dikelola Pemkab Banyumas, jumlah wisatawan yang berkunjung semakin lama semakin naik.
Adapun data pengunjung Lokawisata Baturraden, sampai akhir bulan Agustus 2019 tercatat jumlah pengunjung mencapai 515.886 orang. Angka ini hampir mencapai target pengunjung sebanyak 600.000 wisatawan pada tahun 2019.
Dua Sisi
“Sepengetahuan kami, idealnya objek wisata terasa nyaman itu bila dalam area per 1 hektar terdapat maksimal 1.000 orang wisatawan. Luas Lokawisata Baturraden sekitar 17 hektar. Artinya Lokawisata terasa penuh sesak jika pengunjungnya mencapai 17.000 orang. Lebaran tahun 2018 lalu angka pengunjung membeludak sampai 31.000 orang wisatawan. Itu benar-benar terasa tidak nyaman,” jelasnya.
Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Drs Chusmeru MSi mengatakan, pertumbuhan wisata di Baturraden sebetulnya ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi meningkatkan pendapatan asli daerah, di sisi lain akan memunculkan masalah lingkungan di masa depan.
“Angka kunjungan wisatawan yang tinggi memicu pertumbuhan hotel, restoran, dan objek wisata lain. Dari sisi investasi memang positif. Tapi dari sisi daya dukung kawasan, ekosistem, dan lingkungan akan jadi masalah di kemudian hari,” ujarnya.
Menurut dia, persoalan yang akan muncul di antaranya masalah berkurangnya resapan air tanah serta sumber mata air dan kemungkinan terjadinya tanah longsor ataupun bencana alam lainnya. Selain itu, pariwisata juga berdampak pada budaya dan pola hidup masyarakat. (K35-60)