“Alhamdulillah, hingga pertengahan Agustus 2021 ini sudah mulai mereda kasus kematiannya. Meski demikian kita tetap siap sedia ketika ada panggilan tugas,” ujar Tofik Suprapto, anggota Pramuka Peduli Kecamatan Gumelar yang kini telah menjadi bagian tim pemakaman jenazah Covid-19.
Tofik mengaku dirinya terpanggil menjadi tim pemakaman ini karena alasan kemanusiaan. Apalagi tak semua orang mau dan mampu untuk turut serta menjadi bagian tim kemanusiaan ini. Alasan takut tertular dan sebagainya adalah wajar dan manusiawi. Padahal ia yakin dengan protokol kesehatan ketat, kecil kemungkinan untuk tertular.
“Sebenarnya banyak juga yang ingin gabung. Namun ada yang terkendala dari ijin pihak keluarga. Karena memang setelah kita bergabung di sini, maka 24 jam kita harus siap memenuhi panggilan tugas,” kata guru sekolah dasar ini.
Dengan menjadi bagian tim, Tofik bersama rekan lainnya turut membantu pemakaman jenazah yang sebelumnya hanya dilaksanakan oleh petugas Badan Penanggulanga Bencana Daerah. Namun seiring dengan meningkatkan kasus kematian akibat Covid-19, personel BPBDpun kerepotan.
“Saya saja untuk wilayah Banyumas bagian barat sudah hingga pertengahan kemarin sudah sekitar lebih dari 40 pemakaman. Bagi kami kematian ini bukan sekadar angka, tetapi memang harus ada yang diperjuangkan setelahnya. Makanya kami berharap warga tetap taat prokes sehingga dampak pandemi termasuk kematian ini bisa ditekan,” jelasnya.
Relawan tim pemakaman jenazah yang bareng bersama Tofik, Ahmad Fauzi asal Desa Gancang Kecamatan Gumelar juga mengatakan hal yang sama. Tak semua orang mau dan mampu menjadi tim ini. Untuk itulah pilihannya bergabung ini sudah dikomunikasi terlebih dulu dengan pihak keluarga.
“Pastikan kita dengan keluarga sudah rampung dulu sehingga ketika menjalankan tugas, kita sudah ‘clear’ dan tak ada masalah. Alhamdulillah isteri dan anak menerima dengan baik,” jelas anggota Linmas Desa Gancang dan Pemuda Pancasila ini.
Bekal Pelatihan
Untuk menunaikan tugas, mereka sebelumnya telah mendapatkan pelatihan penanganan jenazah pasien Covid-19 hingga proses pemakamannya. Tak hanya tim pemakaman, ada juga relawan yang mengurus warga yang isolasi mandiri hingga pemulasaraan jenazah di rumah sakit ataupun rumah warga.
Beban kerja tim pemakaman ini memang diakui paling berat pada kurun waktu Bulan Juni Juli lalu. Pasalnya angka kematian akibat Covid-19 ini cukup tinggi. Mereka harus pulang pergi dari rumah sakit ke pemakaman yang jaraknya tidak selalu dekat.
Ahmad Fauzi yang akrab dipanggil Gondes ini menuturkan di waktu angka kematian cukup tinggi, selama sebulan ada prosesi 50 pemakaman prokes Covid-19 di 10 desa kecamatan Gumelar. Jadi bisa dikatakan dalam waktu sehari bisa memakamkan rata-rata 1-2 jenazah.
“Tim ada 18 orang, terdiri dari perwira TNI-Polri, Satpol Pamong Praja, dan sisanya kami dari linmas dan warga lainnya. Yang inti memakamkan adalah 12 orang,” jelas Koordinator Komunikasi Tim Pemakaman Jenazah Kecamatan Gumelar, Ahmad Fauzi.
Ia mengaku bersyukur bisa menjadi tim ini karena kekompakan dan bisa menjadi ladang ibadah di mana tak semua orang mau dan mampu melakukannya.
“Sementara dukanya seringkali adalah ketika lokasi pemakaman jauh dan malam hari yang tidak ada penerangan. Di tambah hujan pula.
Tak jarang pula kita menemui lubang pemakaman yang sempit sehingga kita harus menggali lagi agar peti jenazah tetap masuk ke lubang makam tersebut,” jelasnya.
Tantangannya adalah ketika ada anak sakit atau keluarga lainnya sakit, terpaksa ia harus meninggalkan terlebih dulu demi tugas yang diemban.(Susanto-)