BANYUMAS – Untuk mendorong terciptanya generasi yang peka terhadap kemanusiaan dan kehidupan, para pendidik dan pihak terkait didorong untuk semakin memperbanyak bobot pembelajaran sastra di sekolah.
Hal itu disampaikan Sastrawan dan Budayawan Ahmad Tohari saat peluncuran Rumah Sastra Ahmad Tohari, Sabtu (26/1) di Agro Karang Penginyongan, Cilongok.
Tohari menekankan pentingnya pembelajaran sastra bagi generasi muda di tengah gelimangnya pengaruh teknologi informasi dan komunikasi media sosial saat ini.
“Membaca buku sastra itu penting untuk pengembangan diri. Tidak bisa hanya mengandalkan media sosial. Karena dari sastra inilah anak-anak bisa belajar tentang kemanusiaan dan kehidupan,” jelasnya.
Dijelaskan Ahmad Tohari, peran pendidik dan lembaga pendidikan saat ini terbilang cukup strategis untuk mendorong pembelajaran sastra bagi generasi muda. Diharapkan dengan semakin membaca sastra, maka generasi muda tidak ada akan mengalami kekeringan hidup.
“Zaman Belanda saja, anak sekolah ada arahan untuk membaca sastra, baik itu ilmu alam maupun sosial. Karena sastra penting untuk pengembangan diri. Jadi tidak boleh satu arah intelektual saja,” ujarnya.
Ahmad Tohari mengaku prihatin di tengah situasi saat ini, pembelajaran sastra disekolah terbilang cukup rendah. Tak semua SMA sekarang ini mempunyai jurusan khusus bahasa. Adapun pembelajaran bahasa dan sastra lebih banyak berkutat pada teori semata.
“Padahal ketika mau belajar majas dan sebagianya, sebenarnya bisa mengambil dari karya sastra yang ada. Makanya kami dorong kepada para guru. Khususnya guru bahasa dan sastra untuk bisa memberikan keteladanan bagi anakanaknya untuk membaca dan menulis sastra,” katanya.
Budayawan Tegal, Atmo Tan Sidik yang turut hadir dalam kegiatan tersebut juga membenarkan pentingnya sastra dan budaya baca bagi generasi milenial.
Dengan belajar membaca dan menulis sastra inilah menurut Atmo, generasi muda bisa punya bekal untuk menghadapi kehidupan dengan berani,tegar dan bijak.
“Apalagi dalam karya sastra sebenarnya terdapat berbagai nilai-nilai semangat hidup dan spiritualitas. Seorang penulis akan menulis karya sastra dengan tidak sembarangan tetapi melalui proses refleksi dan perenungan mendalam sehingga karyanya akan berguna bagi kehidupan,” ujarnya.(K37-20)