PURBALINGGA – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) menilai rencana kenaikan cukai tembakau tahun depan oleh pemerintah akan semakin mencekik para petani tembakau.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPN) APTI Soeseno mengatakan, pada tahun 2020 kenaikan cukai tercatat paling tinggi terhitung rerata 23 persen dengan rata-rata harga jual ecetan naik 35 persen. Tak bisa dihindari faktor ini membuat harga rokok naik secara gradual.
“Apa lagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini, daya beli masyarakat menurun,” katanya saat pelantikan pengurus APTI Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Tegal dan Kebumen di Purbalingga, Kamis (3/12).
(Baca Juga : Banyumas Usulkan Rp 5,992 M Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau)
Menurunnya daya beli masyarakat membuat industri rokok harus melakukan efesiensi. Hal ini berdampak pada jumlah serapan bahan baku tembakau. Permintaan pabrikan menurun sangat drastis, jelas ini membuat banyak petani sangat terpukul pada masa panen tahun ini.
“Namun sepertinya pemerintah bersikeras mengejar target penerimaan cukai, seolah tak berempati melihat kondisi yang menyengsarakan stakholder pertembakauan. Padahal, dampak kenaikan cukai tahun 2020 ini saja sudah sangat berat,” katanya.
Petani
Mestinya pemerintah belajar dari kondisi tahun ini. Setidaknya dengan tidak memberi beban baru. Sulit dibayangkan jika petani tak lagi menghasilkan tembakau sebagai bahan baku utama industri. Target penerimaan cukai akan makin jauh panggang dari api.
“Karena itu APTI menolak rencana pemerintah yang akan menaikkan cukai rokok tahun depan,” tegasnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Purbalingga, Mukodam mengatakan, dulu keberadaan tembakau di Purbalingga pernah mencapai kejayaan. Adanya gudang PT Gading Mas Indonesia Tobaco (GMIT) di Purbalingga menjadi bagian industri tembakau nasional.
(Baca Juga : Banyumas Usulkan Rp 5,992 M Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau)
“Saat ini sudah tidak ada lagi. Di Purbalingga memang masih ada petani tembakau, namun jumlahnya kecil. Luasan lahan baru sekitar 13 hektare,” terangnya.
Dia berharap setahap demi setahap, budi daya tembakau setidaknya bisa menjadi alternatif petani. Keberadaan APTI di Kabupaten Purbalingga juga diharap bisa memberi manfaat yang baik bagi petani. (ri-4)