CILACAP – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap terus mengaktifkan pemantauan daerah rawan bencana di wilayah. Hal itu sebagai antisipasi dan kesiapsiagaan, seiring curah hujan yang rutin mengguyur.
“Memang cuaca ekstrem yakni berupa hujan lebat disertai angin kencang, dimungkinkan masih bisa terjadi. Karena dari prakiraan BMKG kan puncak musim hujan di akhir Januari-Februari,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Heru Kurniawan, saat dimintai konfirmasi oleh SuaraBanyumas, Selasa (14/1).
Mengacu pada pengalaman, lanjut dia hujan lebat rentan memicu terjadinya bencana alam. Apalagi ketika fenomena alam itu disertai dengan petir dan angin kencang.
Karena itu, pemantauan daerah rawan bencana, baik longsor maupun banjir terus digiatkan.
“Langkah yang ditempuh BPBD Cilacap itu, yang pertama kita sudah mensiapsiagakan personel baik di BPBD Induk maupun masing-masing UPT. Para personel mengaktifkan pemantauan daerah-daerah rawan bencana, sebagaimana pemetaan yang sudah dilakukan,” kata dia. Badan itu memiliki empat UPT, yakni UPT BPBD Majenang, Sidareja, Kota dan Kroya.
Tak hanya itu, pihaknya juga menyiapkan sarana dan prasarana dalam penanganan bencana alam. Termasuk di dalamnya, menyiapkan alat berat di UPT. “Untuk eskavator, kita siagakan di UPT Majenang. Kemudian di UPT lain, ada perahu karet dan sebagainya,” kata dia.
Kemudian untuk bantuan logistik permakanan, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Sosial Cilacap. Karena untuk saat ini, pengelolaan bantuan permakanan menjadi kewenangan dinas itu.
“Tapi untuk bantuan logistik non permakanan, seperti bahan baku bangunan rumah, itu di kita dan sudah disiapkan,” kata dia.
Dengan begitu, proses penyaluran bantuan dapat diproses cepat ketika bencana melanda.
Selain itu, pihaknya juga menggandeng para sukarelawan yang ada di Cilacap. Keberadaan dan peran mereka diperlukan, karena ikut menunjang percepatan dalam penanganan bencana.
Terkait bencana alam, Heru menyebutkan sudah terjadi di sejumlah wilayah pada masa pancaroba hingga musim hujan ini. “Untuk bencana yang sudah terjadi dalam rentang waktu itu, ada beberapa kejadian angin kencang dan tanah longsor yang sempat menimpa sejumlah rumah. Dan juga kemarin, tiga kali jalan nasional terimbas lumpur dari tanah Perhutani, yang di wilayah Ciguling (Majenang) dan Cileumeuh (Cimanggu),” kata dia.
Lintas Sektoral
Sejauh ini, penanganan lumpur di jalan nasional sudah dilakukan pengerukan dan penyiraman oleh sejumlah pihak terkait. Alat berat milik Bina Marga Jateng hingga BPBD Cilacap juga dikerahkan. Selanjutnya, akan dilakukan penanganan jangka panjang.
“Rencana dalam waktu dekat akan dirapatkan dengan lintas sektoral yang melibatkan instansi dan pihak terkait. Itu sudah dibahas, sudah mau didapatkan secepatnya,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, dalam beberapa hari ke depan, cuaca ekstrem masih rawan melanda sejumlah wilayah Cilacap.
Prakirawan Cuaca BMKG di Cilacap, Rendi Krisnawan mengatakan, cuaca ekstrem tersebut yakni potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang. “Untuk kondisi cuaca ekstrem, yaitu hujan lebat yang kadang disertai petir dan angin kencang, untuk wilayah Cilacap masih berpotensi terjadi,” kata Rendi Krisnawan.
Wilayah yang masih rentan terjadi cuaca ekstrem itu utamanya di wilayah Cilacap bagian utara-barat. Sedangkan perkembangan cuaca di Cilacap bagian tengah dan selatan dalam beberapa hari ke depan potensi curah hujannya tidak terlalu ekstrem.
Rendi menjelaskan, kondisi itu dipengaruhi oleh Monsun Asia yang masih kuat. Termasuk di dalamnya, yakni daerah pertemuan angin (daerah konvergensi) yang berada di atas Pulau Jawa.
“Sehingga memicu masih banyak pertumbuhan awan-awan yang berpotensi hujan di wilayah tersebut,” kata dia. (tg-52)