CILACAP- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap mengharapkan, dampak musim kemarau terhadap potensi kekeringan tidak sampai separah tahun lalu.
Harapan itu sekurang-kurangnya sudah terwujud hingga saat ini. Sampai memasuki dasarian ketiga bulan Juli 2020 ini, pihaknya belum menerima pengajuan bantuan air dari wilayah.
“Sejauh ini belum ada permintaan dari desa terkait bantuan air bersih,” kata Tri Komara Sidhy Wijayanto, saat dimintai konfirmasi, Minggu (26/7).
Kondisi itu berbeda dengan musim kemarau tahun lalu. Saat itu, hingga pengujung bulan Juli, sudah banyak desa yang mengajukan bantuan air.
“Kalau tahun lalu, di bulan (Juli) seperti ini sudah dropping (menyalurkan bantuan air) sampai ratusan tangki. Tapi (di musim ini) sampai sekarang belum ada yang mengajukan bantuan air,” kata dia.
Disampaikan, banyaknya pengajuan bantuan air tahun lalu, karena kemarau berlangsung sampai 7 bulanan. Sedangkan di tahun ini, lama musim kemarau diperkirakan lebih singkat.
Kemudian, karakteristik kemarau tahun ini, sebagaimana prakiraan BMKG cenderung lebih basah, ketika dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebelumnya, BPBD Cilacap sudah memetakan daerah rawan kekeringan. Tri Komara menyampaikan, titik rawan kekeringan tersebar pada 105 desa pada 20 kecamatan.
Pihaknya sudah menyiapkan bantuan air sebanyak 500 tangki. “Namun untuk musim kemarau ini, dampaknya kemungkinan berkurang,” kata dia.
Walau demikian, potensi berkurangnya dampak kemarau tak menyurutkan pihaknya dalam mengantisipasi potensi kekeringan. “Semua wilayah kami pantau. Koordinasi dengan jajaran pemerintahan di wilayah juga dilakukan. Tujuannya supaya bisa dilakukan percepatan penyaluran bantuan, bila ada yang membutuhkan bantuan air bersih,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, BMKG memperkirakan, puncak musim kemarau tahun ini di Kabupaten Cilacap berlangsung dalam bulan Agustus 2020. Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan menyampaikan, kondisi puncak musim kemarau cenderung lebih kering dari dasarian-dasarian sebelumnya.
Karena itu, pihaknya mengingatkan supaya warga dan pihak terkait mengantisipasi potensi dampak kekeringan dan kebakaran hutan.
Menurut Rendi, musim kemarau tahun ini cenderung lebih basah, karena ada fenonena la nina lemah. “Jadi pengaruhnya untuk kondisi cuaca di wilayah Jawa, yakni adanya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang,” kata dia.
Musim kemarau tahun ini, lanjut dia diperkirakan akan berlangsung hingga bulan November mendatang. Di Kabupaten Cilacap, secara umum musim kemarau sudah berlangsung mulai bulan Juli ini.
“Dengan demikian, lama musim kemarau diperkirakan antara 4,5 sampai dengan 5 bulan,” ujar dia. (tg-60)