PURWOKERTO – Keberadaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), bisa digunakan untuk membantu peserta didik dan guru di sekolah/madrasah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online.
Sebagian dari dana operasional ini dapat dimanfaatkan oleh sekolah/madrasah untuk membantu siswa dan guru membeli kuota internet untuk kegiatan pembelajaran secara daring.
Bahkan sejumlah sekolah/madrasah di Kabupaten Banyumas sudah melakukan langkah tersebut. Namun demikian, besaran anggaran yang dialokasikan berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan dan besaran dana BOS yang diterima sekolah/madrasah.
Kepala MI Ma’arif NU 1 Kaliwangi Kecamatan Purwojati, Muhemin mengatakan, sebagian siswa di lembaganya mendapatkan alokasi anggaran untuk membeli kuota internet.
Meski demikian, tidak seluruh siswa memperoleh subsidi pembelian kuota internet. Pemberian subsidi dilakukan dengan memperhatikan kemampuan masing-masing siswa.
”Alokasi anggarannya sebesar Rp 60 ribu/anak. Tetapi tidak semuanya dapat. Kalau orang tua siswanya termasuk mampu, mereka tidak dapat bantuan,” ujarnya.
Para tenaga pendidik (guru) di lembaganya juga mendapatkan alokasi anggaran untuk beli kuota internet sebesar Rp 100 ribu/bulan/orang.
Harus Fleksibel
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Akhsin Aedi melalui Kasi Pendidikan Madrasah, Edi Sungkowo mengatakan, kegiatan pembelajaran selama berlangsungnya pandemi Covid-19 tidak boleh dilakukan dengan tatap muka, tetapi harus dilakukan secara daring.
Oleh karena itu, menurut dia, penggunaan dana BOS yang diterima masing-masing madrasah harus bisa lebih fleksibel. Salah satunya dana BOS dapat digunakan untuk membantu siswa dan guru membeli kuota internet.
”Ketika ada siswa yang tidak memiliki anggaran membeli kuota internet, maka madrasah boleh membantu dengan menggunakan dana BOS. Dengan catatan siswa itu dari sisi kemampuan ekonomi memang kurang,” tambah dia.
Sementara adanya pandemi virus korona atau Covid-19 yang berlangsung sekarang, ternyata cukup berdampak di dunia pendidikan. Salah satunya terhadap penerapan kurikulum 2013 (K-13) yang saat ini berjalan.
”Di masa pandemi Covid-19 ini, kurikulum 2013 sepertinya tidak bisa kalau diterapkan apa adanya. Sulit bagi sekolah untuk menerapkan,” kata Kepala SMP 5 Purwokerto, Sugeng Kahana.
Apalagi sekarang kegiatan pembelajaran di sekolah juga masih berlangsung secara daring (dalam jaringan). Sehingga, menurutnya, penerapan kurikulum tersebut tidak bisa berjalan dengan optimal.
Oleh karena itu, sebaiknya tidak perlu ada target pencapaian kurikulum pada masa seperti sekarang. Kendati demikian, pihaknya tidak sependapat manakala kurikulum tersebut diganti, sebab kurikulum yang ada saat ini sudah cukup bagus.
Pihaknya lebih mengusulkan agar kurikulum ini tetap dijalankan, hanya saja perlu ada penyesuaian dengan kondisi yang terjadi sekarang.
”Kalau kami inginnya ada penyesuaian kurikulum dengan kondisi sekarang dan kurikulumnya bukan diganti dengan kurikulum yang baru,” tambahnya.(H48-1)