MAJENANG – Rangkaian kegiatan HUT SMA Negeri Majenang, Kabupaten Cilacap, Sabtu (8/2) diwarnai dengan aksi demo batik oleh ratusan siswa.
Aksi demo batik berupa ajang kreasi beragam model. Siswanya tidak hanya dari sekolah itu, melainkan berdatangan juga dari lembaga pendidikan lainnya di Majenang.
Di panggung halaman sekolah, sejumlah pelajar SMP mengikuti fashion show. Dalam ajang itu, busana yang mereka tampilkan berupa batik, dengan motif beragam.
Tidak jauh dari panggung, anak-anak TK sederajat ramai-ramai mengikuti lomba mewarnai. Kesamaan dengan fashion show, tema yang diangkat dalam ajang itu juga tentang kreasi pewarnaan dan batik.
Di sisi lain, peragaan batik ditunjukkan oleh para siswa SMA Negeri Majenang. Yang menarik, masing-masing batik yang mereka kenakan merupakan buah karya mereka.
Tak hanya itu, batik dengan beragam motif dan tema tersebut juga merupakan seragam sekolah. Seragam batik rutin dipakai saban Kamis.
Masih dalam ajang itu, sejumlah siswa sekolah tersebut juga mendeklarasikan komitmen akan kecintaan pada batik. Deklarasi itu disuarakan melalui puisi yang dibuat dan dibacakan oleh siswa sekolah tersebut.
“Batik di sini sudah jadi intrakurikuler, dan kami sudah biasa membuatnya di bengkel batik sekolah,” kata seorang siswi SMA Negeri Majenang, Oktafia.
Guru Kesenian SMA Negeri Majenang, Sudiono mengatakan, kegiatan tersebut menjadi cara pihaknya dalam mewujudkan kecintaan terhadap batik. Karya seni itu telah menjadi warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
Karena itu, momentum hari jadi sekolah dirasa penting untuk diwarnai dengan beragam ajang dan kreasi bertemakan batik. “Karena batik telah melekat di sekolah kami. Satu wujud darinya, anak-anak didik aktif mendesain dan membuatnya, lalu oleh sekolah dijadikan seragam untuk mereka setiap hari Kamis,” kata Sudiono.
Pupuk Kecintaan
Bagi Sudiono, kecintaan akan batik pada diri anak didik sangat diperkukan. Kecintaan pada diri generasi bangsa harus dipupuk, supaya kelestarian warisan seni dan budaya bangsa itu tetap terjaga kelestariannya.
“Karena itu, di tengah-tengah momentum peringatan HUT sekolah, kami gelorakan batik sebagai warna kebahagiaan. Anak-anak didik dari jenjang pendidikan di bawahnya, yakni dari SMP sampai TK kami undang, kami libatkan. Supaya mereka terdidik sejak kecil untuk mencintai batik, dan berbuat sesuatu untuk yang dicintainya,” kata dia.
Kepala SMA Negeri Majenang, Akhmad Basir mengatakan, masuknya seni membatik sebagai intrakurikuler di sekolah, menjadi upaya pihaknya nguri-uri warisan budaya Indonesia. Di samping, sebagai usaha dalam meningkatkan kreativitas anak didik.
”Tujuan utama tentu usaha kami untuk nguri-nguri batik. Ini juga menunjukkan bahwa anak-anak bisa kreatif, bisa menunjukkan hasil karyanya dan memiliki kebanggaan tersendiri, terhadap hasil karya yang mereka pakai,” kata Basir. (tg-2)