PURWOKERTO – Puluhan massa yang menamakan diri Dian Sastro Lover Untuk Indonesia (#DisasterForIndonesia) menggelar aksi solidaritas di halaman Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Banyumas, Sabtu (28/9). Aksi yang digagas Solidaritas Masyarakat Banyumas Untuk Indonesia menyuarakan penolakan rancangan undang-undang bermasalah, penanganan kebakaran hutan lahan serta, hentikan kriminalisasi aktivis, serta menghentikan aksi militerisme di Papua.
Massa gabungan dari berbagai komunitas kreatif dan mahasiswa itu melakukan longmarch dari kampus IAIN Purwokerto menuju ke Mapolres Banyumas. Berbeda dengan aksi biasanya, sesampainya di Mapolres Banyumas mereka menggelar orasi dan menyanyikan sejumlah lagu “Di Udara (Efek Rumah Kaca), “Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti (Banda Neira)”, Manusia Setengah Dewa (Iwan Fals)”,dan sebuah lagu nasional “Bagimu Negeri”.
Mereka juga membawa poster nyleneh seperti “Dian Sastro Dapat Umpatan = Kita Bangkit Melawan”, “Pak Polisi, Yang Kamu Lakukan ke Tim Medis Itu Jahat”, “Urip Mung Mampir Digebuki”, “Setan Apa yang Merasukimu”,”Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Demokrasi”, hingga pendemo yang bertelanjang dada sembari membawa tulisan “Bukan Urusan Negara”.
Salah satu peserta aksi, M Farakhi (24) saat membacakan tujuh poin tuntutan mengatakan, aksi ini turut menyuarakan 7 tuntutan mahasiswa yang berjuang di Jakarta. Selain itu, mereka juga menuntut polisi menghentikan kriminalisasi aktivis serta menegakkan demokrasi.
“Batalkan pimpinan KPK bermasalah, tolak TNI dan Polri menempati jabatan sipil, stop aksi militerisme di Papua dan daerah lain, tuntaskan pelanggarna HAM dan adili penjahat HAM, Menolak RKUHP, RUU Pertambangan Minerba, RUU Pertanahan, RUU Permasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan, membatalkan UU KPK DAN UU Sumber Daya Alam, serta mendesak pengesahan RUU PKS DAN RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, hentikan pembakaran hutan di Kalimantan dan adili serta cabut izin korporasi pembakar hutan,” teriaknya.
Menurut dia, para pecinta Dian Sastro ini merespon unggahan pada instagram story akun @therealdisaster. Sebab, pujaannya itu disebut bodoh oleh mantan Menkunham Yasonna Laily.
Integritas
“Menjaga dan menuntut lebih Indonesia dalam berdemokrasi. Menolak segala bentuk kekerasan dan kriminalisasi orang baik,” tambahnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan aksi Dian Sastro Lover Untuk Indonesia atau #DisasterForIndonesia, Ringgana (23) menjelaskan, aksi tersebut merupakan bentuk kecaman kepada pemerintah, melalui aparatur negara terutama polisi yang masih saja brutal dalam bekerja. Menurut Ringgana, Profesionalitas, integritas sebagai pengayom semakin disangsikan. Dalam berdemokrasi, polisi justru jadi hambatan sistem negara ini beraspirasi.
“Ini adalah bentuk solidaritas kami mengecam semua bentuk kekerasan, dan menuntut dibebaskannya mahasiswa yang ditahan,” kata.
Menurutnya, pemerintah melalu aparatur negara telah bertindak arogan kepada warganya yang berbeda pendapat dengan kebijakan. Tidak hanya pada aksi menolak RKUHP dan menolak UU KPK saja warga negara tewas akibat berdemokrasi. Di Papua, dalam beberapa hari terakhir juga semakin banyak korban jiwa akibat berbeda pendapat dengan pemerintah.
Ia mengingatkan, polisi di Banyumas juga punya rekam jejak buruk. Sebab pernah melakukan pemukulan terhadap mahasiswa yang melakukan aksi damai menolak PLTB Baturraden. Mahasiswa yang sedang mengucapkan shalawat bersama namun justru disambut dengan pentungan dan penangkapan.
Kekerasan dan ketidakpahaman polisi terhadap demokrasi, kata dia, akan kontra produktif dengan semangat berkarya yang dilakukan anak-anak muda.
“Beda pendapat kok ditangkap, mengkritisi dan berusaha membangun negeri digebugi. Orang baik, menolong sesama seperti Ananda Badudu ditangkap dan dilepas lagi. Itu adalah bentuk teror. Polisi harus belajar dan memahami demokrasi,” tandasnya. (K35-37)