BANYUMAS-Anggota Forum Persaudaraan Lintas Iman (Forsa) Banyumas berkesempatan mengikuti kursus singkat Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif (SKK-ASM) IIIyang diselenggarakan Maarif Institute Jakarta, di Depok, Jawa Barat dari Jumat-Kamis (13-19/12).
Musmuallim, yang merupakan koordinator Forsa menjadi salah satu dari 25 orang terpilih. Sebelum menjadi 25 orang, ratusan orang dari berbagai provinsi yang mewakili kampus, lembaga atau organisasi kepemudaan. Peserta diantaranya berasal dari Papua, Bima, Ambon, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, dan Madura.
Sebelum menjadi peserta, Musmuallim menjalani serangkaian seleksi. Ia menyusun dan menyerahkan karya tulis yang dipresentasikan secara akademik di depan penguji.
“Kegiatan ini memberi pengalaman internalisasi pemikiran Ahmad Syafii Maarif. Pemikiran Buya Safi’i yang bercorak pada keislaman, kebudayaan dan kemanusiaan dalam khazanah pemikiran Islam kontemporer,” jelas Dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto tersebut.
Menurutnya, konsep pemikiran Buya yang dikembangkan sangat relevan dengan perubahan dan perkembangan kekinian. Buya menawarkan konsepsi Islam yang mampu mengakomodasi dan menghargai keragaman suku, agama dan budaya.
“Islam hadir sebagai petunjuk bagi kemanusiaan universal yang inklusif dan toleran. Membawa pesan Islam yang berkeadilan untuk perdamaian dan persaudaraan,” terangnya.
Fasilitator kegiatan, Mohammad Shofan menjelaskan untuk mengikuti SKK-ASM, peserta disyaratkan berusia antara 25-40 tahun. Peserta diwajibkan membuat dua makalah mengenai tema-tema yang telah ditentukan.
Untuk itu, lanjut Shofan, peserta harus menyusun makalah wajib yang khusus mengkaji pemikiran Buya Syafii Maarif dan makalah pilihan sesuai keminatan intelektual peserta. Makalah yang ditulis harus mencantumkan sejumlah sumber bacaan buku karya Buya Syafii Maarif.
“Salah satu tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk merawat pemikiran dan ide-ide Buya Syafii Maarif. Terutama tentang tema-tema keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kebhinekaan,” ungkap Direktur Program Riset Maarif Institute ini.
Shofan menambahkan, kegiatan ini sebagai upaya serius untuk melakukan kaderisasi intelektual sekaligus melembagakan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii Maarif, baik di ranah keislaman maupun kenegaraan yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan dan kebhinekaan.
“Melalui short course ini, diharapkan generasi muda Indonesia mendatang, dapat mewarisi pemikiran Buya Syafii Maarif. Setidaknya memiliki perspektif dan sikap intelektual yang relatif sama dalam memotret dinamika, perubahan dan perkembangan kehidupan keberagamaan di Indonesia,” katanya.(K37-)