CILACAP– Gelombang tinggi yang terjadi di perairan maupun Samudera Hindia selatan Jawa, berdampak pada aktivitas nelayan di Cilacap. Banyak dari mereka yang tidak melaut, karena mempertimbangkan faktor keselamatan.
Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang, Cilacap, Tarmuji mengatakan, cuaca buruk yang terjadi belakangan ini tidak mendukung aktivitas nelayan. Karena itu, banyak dari mereka yang kemudian tidak melaut, dalam beberapa hari terakhir ini.
“Cuaca kurang mendukung, jadinya banyak nelayan di sini yang kemudian tidak melaut,” kata Tarmuji saat dihubungi SuaraBanyumas, Sabtu malam (6/6).
Pilihan nelayan itu, tidak terlepas dari imbauan yang sudah disampaikan pihaknya. “Kami di Kelompok Nelayan Pandanarang sudah mengimbau untuk lebih hati-hati terkait gelombang tinggi. Sudah kami arahkan untuk hati-hati,” kata dia.
Pihaknya juga mendorong kepada nelayan untuk aktif menyimak prakiraan cuaca harian dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Termasuk di dalamnya, melihat perkembangan kondisi di lapangan.
“Kebetulan kami juga masuk di grup (WhatsApp) BMKG Cilacap. Jadi setiap ada perkembangan informasi mengenai cuaca bisa langsung tahu, untuk diinformasikan lagi kepada anggota. Dan nelayan pun sangat tanggap akan prakiraan itu,” kata dia.
Disampaikan, bahwa ikan menjadi sumber pendapatan bagi para nelayan. Namun demikian, di luar itu faktor keselamatan tetap diutamakan.
“Memang (melaut) itu menjadi suatu kebutuhan, tapi faktor keselamatan kita utamakan,” kata dia.
Mengingatkan
Sebelumnya, BMKG mengingatkan kepada warga yang beraktivitas di sekitaran maritim selatan Jawa, termasuk perairan selatan Cilacap untuk mewaspadai terhadap potensi gelombang tinggi.
Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan mengatakan, sejauh ini potensi gelombang tinggi masih terjadi di wilayah perairan dan Samudera Hindia selatan Jawa. Itu meliputi perairan dan Samudera Hindia selatan Jawa Barat, selatan Jawa Tengah dan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Untuk perairan selatan wilayah tersebut, lanjut dia potensi tinggi gelombang maksimum mencapai 2,5-4 meter. Lalu untuk wilayah Samudera Hindia selatan Jabar, Jateng dan DIY, potensi tinggi gelombang maksimum berkisar antara 4-6 meter.
Rendi menjelaskan, potensi gelombang tinggi disebabkan adanya tekanan udara tinggi di benua Australia. Lalu, adanya tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera. Tekanan rendah juga terdapat di sejumlah wilayah Benua Asia.
Adanya perbedaan tekanan tinggi dan tekanan rendah tersebut, tentunya akan mengakibatkan sirkulasi pergerakan arus masa udara, atau pergerakan angin semakin kencang. Pergerakan angin kencang tersebut kemudian memicu gelombang tinggi, saat melewati Samudera Hindia.
Lebih lanjut disampaikan Rendi, bahwa gelombang tinggi tersebut masih berpotensi lanjut hingga beberapa hari ke depan. Karena itu, masyarakat pengguna aktivitas maritim, baik kapal maupun nelayan diharapkan untuk mewaspadai. (tg-2)