FENOMENA gerhana matahari yang terjadi Kamis (26/12) siang, dimanfaatkan para Anggota Astronom Amatir Purwokerto (AAP), untuk menyosialisasikan tentang dunia atronomi kepada publik. Tak bisa dipungkiri, saat ini masih ada kalangan masyarakat yang mengkait-kaitkan fenomena alam tersebut, dengan hal-hal berbau negatif. Padahal fenomena alam seperti halnya Gerhana Matahari merupakan kejadian langka yang sudah ada siklusnya.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Riset AAP, Rosyid Ridho Al Hakim disela melakukan pengamatan Gerhana Matahari di Alun-alun Kota Purwokerto, Kamis (26/12) siang. Sedari pagi mereka telah mempersiapkan berbagai alat seperti halnya teleskop, kaca mata gerhana dan lainnya. Selain melakukan pengamatan, mereka ingin memberikan edukasi kepada masyarakat yang ingin menyaksikan secara langsung, proses terjadinya Gerhana Matahari di Purwokerto.
Karena, menurut Rosyid, gerhana matahari tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Karena jika memaksanakan diri melihat dengan mata telanjang, akan menimbulkan efek kebutaan.
“Di sini kami mengedukasi kepada masyarakat, yakni yang ingin melihat fenomena gerhana matahari secara langsung. Kami sediakan kacamata gerhana maupun teleskop yang sudah dilengkapi filter, sehingga aman digunakan,” ungkapnya kepada SuaraBanyumas, Kamis (26/12)
Komunitas Astronomi
Pria berkacamata itu menuturkan, AAP merupakan komunitas astronomi yang berasal dari Kota Purwokerto. Komunitas ini telah dibentuk sejak tanggal 23 September 2015 oleh Kurniawan Dimas Aji Pratama, lulusan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Di komunitas itu, mereka terus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa fenomena alam sudah ada siklusnya. Dari itu masyarakat dinilai perlu pemahaman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan astronomi.
“Yang ingin kami edukasi sebetulnya hanya satu, jangan sampai ada lagi masyarakat yang menganggap, fenomena alam ini sebagai hal-hal yang negatif. Atau bisa dibilang mitos jowo, seperti gerhana contohnya (ada anggapan Matahari dimakan iblis). Karena itu memang bukan seperti yang dimitoskan. Karena sebetulnya untuk siklusnya sudah ada, yang di Atas (Tuhan) sudah mengatur. Cuman, berapa ratus tahun sekali untuk fenomena kejadiannya,” jelas Rosyid.
Disebutkan, hasil pengamatanya sejak fase pertama gerhana muncul, hingga berada di tengah-tengah terjadi sekitar pukul 12.45. Pihaknya berhasil mengabadikan detik-detik Gerhana Matahari tersebut. Pada kesempatan ini fenomena Gerhana Matahari tidak sampai menutup total seperti halnya terjadi pada 2017 lalu. Namun pada saat terjadi Gerhana Matahari pada kali ini memang langit sedikit meredup kemudian kembali terang. “Untuk awan juga sempet menutupi, tetapi hanya sebentar saja,” akunya. (M Abdul Rohman)