PURWOKERTO – Mantan Rektor Unsoed dan tokoh olahraga khususnya sepak bola Prof Drs Rubijanto Misman menyarankan GOR Satria dikelola lebih profesional, untuk memaksimalkan potensi yang ada. Fasilitas tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan lebih besar lagi, sehingga memberikan pengaruh yang lebih besar pula, tak hanya pemerintah, juga masyarakat.
Untuk itu, saran mantan Ketua Persibas Banyumas itu, pengelolanya bisa berbentuk badan usaha milik daerah (BUMD). Lembaga itu dipimpin manajer dan diisi orang-orang yang profesional, tidak harus dari dunia olahraga. ”Sekarang dan ke depan nolahraga adalah bisnis yang besar.”
Saran itu dia sampaikan melihat minat pemakai GOR Satria yang cakupannya semakin luas. Contohnya, indoor Sasana Krida Raga di kompleks GOR Satria pernah dipakai untuk even nasional Liga Futsal sudah dua kali dan ditayangkan langsung televisi, babak prakualifikasi boal tangan PON, Kejurprov bola voli, audisi Djarum bulutangkis.
Pada akhir Januari-awal Februari 2020 ini, indoor tersebut dipakai oleh klub Pertamina Jakarta Energi untuk home base saat melakoni Proliga 2020. Even tersebut merupakan kompetisi level tertinggi bola voli profesional di tanah air. Sekelas klub Pertamina Jakarta Energi saja mempercayakan GOR Satria. Nantinya kalau Bandara Jendral Besar Soedirman di Purbalingga dibuka, pemakaian GOR Satria untuk even nasional lebih sering lagi.
Benahi
Rubi yakni, ke depan akan semakin banyak event organizer (EO) atau penyelenggara yang memilih GOR Satria, untuk kegiatan di Jateng selatan. Kompleks GOR Satria merupakan kawasan olahraga yang memiliki fasilitas terlengkap, terbesar dan dalam satu kompleks, untuk ukuran milik pemerintah kabupaten.
Agar orang semakin tertarik datang ke Purwokerto, dan yang sduah pernah memakai fasilitas itu merasa puas, fasilitas harus dibenahi. Insfrastruktur di GOR seperti MCK, tempat kuliner, kebersihan, keamanan dan kenyamanan harus benar-benar diperhatikan.
Kota yang memiliki perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, pasti berkembang pesat. Di Purwokerto terdapat Unsoed, IAIN, UMP, UNU, dan beberapa sekolah tinggi, memiliki banyak mahasiswa. Potensi itu luar biasa, yang bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk membuat gaung kompetisi lebih besar.
Karena itu Rubi menyarankan Pertamina Jakarta Energi saat menjadi tuan rumah perlu mendekati kalangan mahasiswa untuk memeriahkan pertandingan. Beri mereka tiket harga mahasiswa, jangan semata mengejar pendapatan, tetapi perlu juga kemeriahan dari banyaknya penonton.
”Saya kira sekelas Pertamina yang duwitnya banyak memilih Purwokerto tak semata-mata mengejar pemasukan.” (bd-60).