PURWOKERTO – Tata kelola guru yang bertugas di jenjang SMA dan SMK akan dibenahi. Salah satunya dengan melakukan penertiban terhadap para guru yang tidak linier dengan latar belakang pendidikannya.
“Ke depan akan kami benahi dan tertibkan. Yang jelas bagi guru SMA/SMK yang tidak linier dalam mengajar, dipastikan tidak masuk kriteria untuk mendapatkan tunjangan dari Pemprov Jateng,” kata Kasi SMA dan SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng, Yuniarso K Adi.
Menurutnya, untuk menjadi seorang guru yang profesional tidak mudah. Bahkan sekarang seorang guru belum bisa disebut sebagai guru manakala belum dinyatakan lulus pendidikan profesi guru (PPG).
“Seorang guru baru bisa disebut sebagai guru kalau sudah dinyatakan lulus PPG dan memiliki NUPTK (Nomer Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Kalau belum lulus, maka mereka belum bisa disebut guru. Sama seperti profesi yang lain, mulai dari dokter, advokat dan lain-lain,” terang dia.
Ikut PPG
Adapun untuk guru honorer yang selama ini mengajar di sekolah, dia mengatakan, sebenarnya belum diklasifikasikan sebagai guru. Oleh karena itu, mereka akan terus didorong agar ikut PPG, sehingga mempunyai NUPTK.
“NUPTK ini akan dikeluarkan setelah mereka dinyatakan lulus PPG. Ini berlaku bagi guru di sekolah negeri maupun swasta. Memang dulu untuk bisa punya NUPTK cukup gampang, sepanjang punya surat mengajar dari kepala sekolah, mereka sudah punya NUPTK. Namun sekarang haruslulus PPG dulu,” tuturnya.
Selain itu, lulusan perguruan tinggi dari fakultas keguruan dan ilmu kependidikan juga tidak secara otomatis langsung bisa menjadi guru kalau belum lulus PPG.
Diakui, saat ini persyaratan untuk semakin ketat. Namun demikian, bila dibandingkan dengan kesejahteraan yang bakal mereka peroleh, sebenarnya juga sepadan. “Imbal balik yang akan mereka peroleh juga besar(tunjangan profesi),” kata dia.
Dia menuturkan, dalam menghadapi abad 21, tantangan yang dihadapi semakin berat. Maka dari itu, dibutuhkan tenaga pendidik yang benarbenar profesional dan mampu menghadapi tantangan.
“Sekarang sudah abad 21, sehingga kalau asal comot guru saja, justru nanti malah repot,” paparnya. (H48-60)