BANJARNEGARA – Hujan deras yang terjadi sejak awal Desember 2020 menyebabkan peningkatan elevasi air di Waduk Mrica. Pelepasan surplus debit air tersebut dilakukan dengan pengoperasian tiga pembangkit serta pembukaan drawdown culvert (DDC) dan spillway.
Manager Engineering PT Indonesia Power GPU Mrica Dwi Antoro menyatakan, intensitas hujan yang tinggi dalam 3 hari terakhir menyebabkan kenaikan elevasi air di Waduk Mrica melebihi kapasitas maksimal. Saat elevasi mencapai 231,05 mdpl, secara otomatis DDC akan membuka untuk membuang limpasan air.
“Jika DDC membuka namun elevasi tetap naik hingga 231,15 mdpl spillway juga membuka. SOP-nya seperti itu, untuk mengontrol kapasitas waduk,” katanya, Jumat (4/12).
Menurutnya, pembukaan DDC dan spillway akan berhenti jika elevasi air di Waduk Mrica berada di titik 231,0 mdpl. Semua pintu akan tertutup dan air dialirkan melalui turbin pembangkit listrik.
(Baca Juga: Musim Kemarau, PLTA Mrica Optimalkan Produksi)
Kondisi terbukanya DDC dan spillway tersebut biasa terjadi saat musim hujan, khususnya saat intensitas tinggi. Selain itu, saat sedimen sudah mendekati batas aman intake, DDC juga dibuka untuk membuang lumpur agar tidak mengganggu pembangkit.
“Tapi kami pastikan, video limpasan air waduk yang beredar di sosial media baru-baru ini bukan video baru. Karena sekarang di situ sudah ada bangunan baru, sedangkan di video tidak ada,” tegasnya.
Dikatakan, operasional waduk selalu menerapkan prosedur standar operasional. Pelimpasan air waduk tersebut merupakan mekanisme pengendalian air, yakni menahan debit air yang masuk dan melepaskan dengan debit yang lebih rendah.
(Baca Juga: Banjarnegara Kirim Bantuan untuk Korban Banjir Banyumas )
Dalam dua hari terakhir, inflow mencapai 900-1000 meter kubik per detik. Kondisi ini dipicu hujan deras dan dampak fenomena La Nina.
“Kapasitas 3 pembangkit hanya sekitar 300 meter kubik per detik, sehingga surplusnya dibuang melalui DDC dan spillway,” paparnya. (cs-2)