PURWOKERTO – Sampai dengan dasarian (sepuluh hari) III, Januari 2020 diperkirakan curah hujan pada kategori menengah.
Hal itu berdampak pada hujan lokal yang akan terjadi lebih dominan di wilayah Jawa Tengah bagian tengah, wilayah Pantai Selatan Jawa, dan wilayah sekitar gunung/pegunungan.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso melalui Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo menjelaskan, kondisi atmosfer tingkat permukaan sampai tingkat atas juga tidak begitu signifikan untuk terbentuk awan hujan merata di Jawa Tengah.
Jadi, cenderung untuk lebih banyak terbentuk awan konvektif. Yaitu awan yang terjadi karena gerakan udara dan uap air dengan arah vertikal ke atas yang bersifat lokal.
“Kondisi suhu air laut sekitar Jawa Tengah, sebagai sumber uap air untuk terbentuknya awan hujan, masih dalam batas normal. Sedangkan yang hangat ada di wilayah bagian barat Sumatera, dan Afrika bagian Timur,” jelasnya, Kamis (30/1).
Hujan Merata
Adapun pada awal Februari 2020 diprakirakan kondisi atmosfer hampir sama dengan akhir Januari 2020. Namun sedikit lebih basah. Pada pertengahan Februari 2020 diprakirakan kondisi atmosfer akan lebih basah. Sehingga potensi hujan lebat dan merata di Jawa Tengah lebih besar.
Dia menjelaskan, secara umum wilayah Indonesia dan Jawa Tengah pada khususnya sedang berada pada musim hujan. Karena pengaruh sistem monsun yang relatif tetap dari tahun ke tahun.
Disamping itu, terkadang terjadi variasi kondisi atmosfer tertentu yang dapat mengubah total curah hujan secara besar, hingga memberi dampak yang signifikan.
Dikatakannya, perubahan kondisi atmosfer yang mengakibatkan penambahan dan pengurangan curah hujan pada Januari 2020 dipengaruhi oleh pergerakan Madden Julian Oscilation (MJO).
Saat berada difase (tingkatan masa perubahan) di wilayah Indonesia. Maka akan meningkatkan curah hujan saat musim hujan pada awal hingga petengahan Januari 2020.
Namun mulai pertengahan hingga menjelang akhir Januari 2020, hujan jarang terjadi, meski masih dalam musim hujan, hal ini sebagai akibat pergerakan MJO menjauh ke wilayah Pasifik Barat.
Pergerakan tersebut menyebabkan penurunan curah hujan. Sehingga memunculkan salah satu efek dari Monsun Asia-Australia, yaitu siklus musiman aktif-pasif (active/aktif – break cycle/siklusistirahat).
Dalam mengetahui siklus ini, lanjutnya, ditandai pada fase aktif akan terjadi hujan yang berlimpah, namun pada fase pasif tidak akan terjadi hujan. (K17-37)