PURWOKERTO – Di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Jepang, indoor farming sudah menjadi andalan.
Sebab, tak seperti Indonesia yang memiliki tanah subur dan lahan pertanian yang luas, banyak negara memiliki keterbatasan soal ini.
Tetapi, apa sih sebenarnya Indoor Farming itu? Bagaimana keunggulan dan kelemahannya ya?
Dikutip dari akun instagram @kementerianpertanian, Indoor Farming merupakan cara bertani yang bisa dilakukan di ruangan tertutup dengan didukung oleh berbagai macam perangkat teknologi.
Dengan adanya Indoor Farming ini, kini bertani pun dapat dilakukan di mana saja.
Indoor farming merupakan jenis pertanian vertikal yang dilakukan di dalam ruangan.
Dalam hal model pertaniannya, indoor farming tersedia dalam beberapa pilihan, misalnya hidroponik, aquaponic, dan aeroponic.
Keunggulannya, antara lain meningkatkan produktivitas, dapat menghasilkan sumber makanan yang hijau dan bebas dari hama,
jika dilakukan secara tepat.
Kemudian dapat dilakukan di mana saja, termasuk di gedung tinggi, kemungkinan gagal panen akibat faktor cuaca lebih kecil.
Baca Juga : 24 PPPK Tenaga Kesehatan di Banyumas Dilantik
Sementara, kelemahannya biaya yang dikeluarkan tinggi karena seluruh sistemnya menggunakan teknologi tinggi, software,
dan hardware.
Untuk suhu, kelembaban, dan cahaya, juga harus dilakukan dengan kontrol tingkat tinggi.
Teknik ini dianggap menghasilkan CO2 yang
lebih banyak dibandingkan dengan pertanian sawah, sehingga sampai saat ini, masih banyak yang kontra dan menuai perdebatan.(*-7)