PURWOKERTO – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Banyumas meluncurkan inovasi pelayanan publik, Rabu (5/2).
Inovasi pelayanan publik tersebut meliputi Klinik Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Kecamatan Ajibarang dan pelayanan keliling PTSP dengan mobil keliling.
Menurut Kepala DPMPTSP Kabupaten Banyumas, Amrin Ma’ruf, mengatakan, layanan ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan perizinan dan nonperizinan kepada masyarakat.
“Selain itu menjadi sarana sosialisasi bagi DPMPTSP ke masyarakat Banyumas,” katanya.
Peluncuran ini dikemas dalam kegiatan acara hari ulang tahun ke-1 Mal Pelayanan Publik (MPP) Banyumas yang mengambil tema “Rika Puas Inyong Bungah“.
Amrin Ma’ruf melaporkan saat pertama MPP dibuka pada 18 Januari 2019 terdapat 18 organisasi perangkat daerah (OPD), instansi vertikal, BUMN, BUMD dan swasta yang bergabung di MPP dengan 103 jenis pelayanan.
Hingga saat ini sudah berkembang menjadi 19 OPD, instansi vertikal, BUMN, BUMD dan swasta dengan 153 jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan. Termasuk Loka POM dan Taspen yang diresmikan, Selasa (5/2).
Amrin Ma’ruf menambahkan pihaknya akan terus memperbaiki pelayanan baik dari sisi kualitas dan kuantitas pelayanan. Sebagaimana diketahui sesuai dengan PP 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik, bahwa seluruh perizinan berusaha yang menjadi keweangan mentri/kepala lembaga, gubernur dan bupati/walikota wajib dilakukan melalui sistem perizinan berusaha secara elektronik.
“Maka ini akan kami tingkatkan. Demikian dengan Sipanjimas maupun yang dilakukan secara manual, sehingga masyarakat puas dengan pelayanan kami,” katanya.
Acara tersebut juga dilakukan penyerahan sertifikat Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia dan penyerahan penghargaan pelaku usaha aktif.
Menjadi Pelopor
Pada kesempatan itu, Bupati Banyumas, Achmad Husein mengemukakan, misi dari pemerintahan yang dipimpin dari Husein-Sadewo adalah layanan publik menjadi pelopor dalam hal pelayanan publik. Oleh sebab itu, pelopor tidak pernah di belakang. Selalu di depan dan nomor satu.
“Caranya bagaimana melihat apakah kita nomor satu nomor, dua dengan atau di belakang dengan membuat komparasi. Oleh karena itu, kita tidak boleh kemudian selalu mengatakan ini saya yang terbaik dan saya yang pertama. Kita menjadi pelopor tanpa membandingkan yang lain,” katanya.
Dikatakannya, terdapat beberapa parameter yang untuk membandingkan. Pertama, jumlah layanan yang tersedia. Kedua, jumlah keluhan yang diterima versus kepuasan orang yang dilayani.
Ketiga, dengan berkunjung kepada MPP yang ada di Jateng. Bandingkan item per item, masalah per masalah.
“Saya minta selalu kita membandingkan dengan yang telah ada. Perbaiki dan tingkatkan terus inovasi sebanyak-banyaknya, sehingga masyarakat itu kalau melakukan pelayanan tidak lagi harus antre,” katanya. (H60-)