CILACAP – Investasi Refused Derived Fuel (RDF) dinilai masih mahal, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) upayakan pembuatan RDF bisa memakai banyak komponen dalam negeri.
“Ini semua bisa dibuat, kita berharap RDF bisa 70 % – 80 % buatan dalam negeri. Jika ini terjadi maka Indonesia akan bersih,” ucapnya saat menggelar konferensi pers secara daring, ketika meresmikan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) sistem RDF di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Selasa (21/7).
Menurutnya, nilai investasi RDF mencapai Rp 70 miliar sampai Rp 80 miliar per unit. Dikatakan apabila RDF dapat dibuat lebih banyak, maka dimungkinkan ongkos pembangunannya dapat turun.
“Presiden menekankan, semua yang bisa dibuat di dalam negeri, kita buat di dalam negeri, itulah yang disebut new normal,” tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan Luhut, saat ini ada 34 lokasi yang segera mengaplikasikan RDF. Lokasi-lokasi itu, antara lain kota dengan produksi sampah 200 ton per hari ke bawah, serta dekat dengan pabrik semen. Menurutnya jika semua lokasi itu telah memiliki fasilitas RDF, maka Indonesia dapat menyelesaikan permasalahan sampah sebanyak 28 ribu ton per hari.
Biaya Energi
Sementara itu Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, RDF juga berperan dalam pengurangan biaya energi. Menurutnya, briket hasil produksi RDF dapat menggantikan kebutuhan batubara di PLTU sampai 3 %. Ia menjelaskan, harga jual produk RDF untuk industri sebesar Rp 300.000 per ton, atau sekitar 20 dolar AS, sementara harga jual batubara 40-50 dlar AS per ton.
“Kalorinya sama, mencapai 3.000 kalori,” ucapnya.
Fasilitas RDF di Kabupaten Cilacap terealisasi atas peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menyediakan peralatan pengolah sampah, Kementerian PUPR yang membangun fasilitas RDF.
Selain itu juga Pemprov Jawa Tengah yang menyediakan sarana pendukung RDF, Pemkab Cilacap yang menyediakan lahan, serta jalan akses, juga PT SBI yang juga terlibat dalam pelaksanaan, dan menjadi pengguna bahan bakar alternatif yang diproduksi TPST RDF tersebut.
Adapun TPST RDF di Cilacap dibangun di area seluas sekitar tiga hektare. Fasilitas RDF itu, dapat mengolah sampah dengan kapasitas mencapai 120 ton per hari. (K17-)