Jadi Bank Emas Pertama di Indonesia, BSI Dorong Ekosistem Emas Jadi New Game Changer di Industri Perbankan Syariah
PURWOKERTO — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) memperkuat komitmen untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, setelah perseroan resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia pada 26 Februari lalu.
Oleh karena itu terkait hal tersebut Area Manager Purwokerto Wahsi Prasodjo mengatakan, emas menjadi komoditi yang akan terus dikembangkan perseroan sebagai new game changer di industri perbankan syariah.
“Hal tersebut didasari potensi dan peluang pengembangan alternatif bisnis yang memberikan nilai investasi bagi masyarakat. Diresmikannya BSI sebagai salah satu entitas yang menjalankan bisnis bank emas berpotensi memberikan manfaat untuk masyarakat, industri, dan insyaAllah perekonomian bangsa melalui optimalisasi ekosistem ekonomi syariah,” ujarnya.
Pernyataan tersebut ditekankan Wahsi di acara buka bersama BSI bersama jurnalis-jurnalis media Banyumas. Peluang untuk mengembangkan pasar emas Indonesia juga sangat besar, karena permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara, 0,16 gram per orang. Di sisi lain mengacu kajian McKinsey, emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, dari sektor hulu ke hilir.
Sementara jumlah perhiasan dan emas batangan sebesar 321 Ton yang merupakan aset yang dapat dimonetisasi. Jumlah ini berpotensi untuk terus meningkat mengingat Indonesia memiliki potensi cadangan emas Indonesia nomor 6 terbesar di dunia setara dengan 2.600 ton. Di sisi lain Indonesia termasuk dalam negara top 10 produsen emas global yang memproduksi sekitar 100 ton emas pada 2020.
Menurut Wahsi, melalui usaha bank emas BSI dapat menangkap nilai ekonomi di seluruh rantai pasok emas, memonetisasi aset emas yang kurang produktif, dan tentunya memberikan kemudahan alternatif investasi syariah.
Upaya ini pun tak terlepas dari misi BSI melanjutkan arahan pemerintah sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional. Juga untuk mendukung visi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang yang diproyeksikan mencapai 8% pada 2029.
Wahsi mengatakan pihaknya optimistis bank emas atau usaha bulion akan memberikan daya tarik bagi para pelaku industri hulu hingga hilirisasi emas yang memberikan nilai tambah pada rantai produksi. Sebab, hilirisasi logam mulia meningkatkan nilai tambah bijih emas hingga 10 kali lipat.
“Di BSI sendiri bisnis bank emas memiliki berbagai keunggulan. Pertama, layanan bank emas pertama di Indonesia dengan salah satu yang ditawarkan adalah BSI Gold Karatase 99,99% SNI dan Sertifikat MUI.
Kemudian, jaringan BSI Agen lebih dari 110.000 di seluruh Indonesia yang bisa melayani bisnis emas BSI. Serta layanan bank emas yang bisa diakses di mana pun dan kapan pun melalui BYOND by BSI,” kata Wahsi.
Adapun bisnis emas BSI terus mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat signifikan melalui produk Gadai Emas, Cicil Emas, Tabungan E-Mas dan BSI Gold. Sehingga kehadiran bisnis bank emas ini akan melengkapi ekosistem yang sudah dibangun sebelumnya. Sepanjang 2024 baki debit naik 78% dari Rp6,9 triliun ke Rp7,1 triliun secara tahunan.
Fee based ikut terkerek 26% dari Rp737 miliar ke Rp930 miliar. Jumlah nasabah tumbuh 50% dari sekitar 308.600 menjadi 463.700. Sedangkan penitipan emas/custody naik 57% dari 268 kg menjadi 443 kg. Sehingga selama tahun 2024 total emas kelolaan BSI telah mencapai 17,5 ton dengan volume transaksi mencapai 29,7 ton.