CILACAP – Dua titik Jalur selatan Jawa, ruas Wangon-batas Jawa Barat, Selasa (17/11) terdampak longsoran tebing. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui pihak pemelihara jalur selatan Jawa langsung mengerahkan alat berat, guna mengatasi dampak tersebut.
Pengawas Lapangan Jalur Selatan Jawa wilayah setempat, Pujiono mengatakan, dampak bencana ada pada dua titik. Masing-masing dampak longsor di KM 57 dan 61 Banyumas, masuk Kecamatan Karangpucung.
Ada juga satu titik sisi jalan yang retak-retak di KM 56. “Memang ada dua titik jalan yang terdampak longsoran tebing, tapi sebagian badan jalan. Itu pun langsung kami atasi,” kata Pujiono.
Dia menerangkan, bencana tanah longsor terjadi pada bagian sisi jalan, berupa tebing. Pujiono mengamati, kondisi tanah tebing cenderung labil.
“Ketika saya lihat, kondisi tanahnya cenderung labil. Jadi ketika terkena resapan air jadi rentan longsor,” kata dia.
Pihaknya kemudian langsung menerjunkan alat berat, lengkap dengan pekerja. Alat berat yang dikerahkan meliputi eskavator, beko dan sejumlah dump truk.
Sementara itu, untuk penanganan jalan yang retak-retak diagendakan hari ini, Rabu (18/11). Usai kejadian, titik kerusakan sudah diberi rambu peringatan. “Rencana akan dilakukan leveling dengan hotmix,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian PUPR menyiagakan sejumlah alat berat, lengkap dengan personel guna mengantisipasi dampak bencana tanah longsor yang rentan berdampak pada jalur selatan Jawa, ruas Wangon-batas Jawa Barat.
(Baca Juga : Jalur Rel Ganda di Kebasen Tertimbun Tanah Longsor
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Wilayah Wangon-Batas Jabar, Yuli Krisdianto mengatakan, jalan nasional ruas itu memiliki sejumlah titik yang rawan terjadi, atau terdampak longsor saat musim hujan. Hal itu tidak terlepas dari letak geografis wilayah.
“Ruas tersebut memang masuk dalam penanganan kami dan benar bahwa sebagian ruas tersebut memang rentan terhadap longsoran atau pergeseran tanah,” kata Yuli Krisdianto.
Karena itu, pihaknya berupaya mengantisipasi sejak dini, melalui pembenahan dan penyiagaan alat berat. Yuli mengatakan, pembenahan utamanya tertuju pada penguatan dinding jalan, dan saluran air.
“Setiap tahun dan sampai ke depan pihak kami (PUPR) akan selalu mengantisipasi terjadinya longsoran atau pergeseran tanah dengan cara bertahap membuat dinding penahan tanah dan saluran air,” kata dia.
Antisipasi dampak bencana tanah longsor juga dilakukan dengan menyiagakan alat berat dan personel. Melalui penilik, pemantauan ruas jalan aktif dilakukan, sehingga bila terjadi bencana langsung diatasi.
“Alat berat kita siagakan di Majenang, untuk memudahkan mobilisasi. Majenang di tengah-tengah ruas kami, sehingga jadi lebih mudah bila dibutuhkan ke arah Wangon atau ke batas Jabar,” ujarnya.
Dijelaskan, alat berat yang disiagakan meliputi loader, beko, dump truk dan kendaraan terkait, lengkap dengan personel. Alat berat itu milik PUPR, dan sebagian milik penyedia jasa. “Penyedia jasa kami libatkan dalam antisipasi, terutama yang masih terikat kontrak,” kata dia. (day-1)