TRADISI jaro rojab atau penggantian pagar keliling kompleks Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon tetap berjalan, Minggu (22/3). Di tahun ini peserta tradisi adat yang dilaksanakan tanggal 26 Rojab ini terbilang menurun.
Menurunnya peserta tradisi jaro rojab ini dikarenakan imbauan social distance (pembatasan pertemuan) saat pandemi korona saat ini. Meski tak terlalu ramai dibandingkan tahun sebelumnya, namun pelaksanaan penggantian pagar kompleks masjid dan pemakaman Kyai Toleh tetap berjalan lancar.
“Dimulai dari pukul 05.00 pagi, jaro rojab ini rampung sebelum pukul 12.00 siang. Mungkin karena ada pandemi korona inilah, peserta kali ini terbilang menurun. Namun tetapi saja rampung sebelum duhur tiba,” kata Kepala Desa Cikakak, Akim didampingi Kepala Dusun IV Desa Cikakak, Suladi .
Tradisi penggantian pagar lebih dari 300 meter ini dimulai dari kompleks Makam
Kyai Toleh yang dipercaya sebagai pendiri Masjid Saka Tunggal. Setelah itu, penggantian jaro diteruskan hingga pagar di kompleks Masjid Saka Tunggal.
“Ini sudah dilaksanakan warga sejak dulu. Jadi tanpa dikomando, warga dari wilayah Desa Cikakak ataupun tetangga desa mulai Jambu datang ke sini untuk ikut serta mengganti jaro atau pagar,” jelas Sulam, juru kunci ‘lebak’.
Bukan Semata Aktivitas Fisik
Dipercaya oleh para sesepuh dan juru kunci setempat, bahwa penggantian jaro ini bukan semata aktivitas fisik. Namun upaya spiritual untuk membersihkan jasmani dan rohani. Jaro bisa menjadi kependekan dari
Jasmani dan Rohani.
“Artinya momen bulan Rajab dimaksudkan agar umat Islam semakin membentengi Jasmani Rohani dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Makanya selain penggantian jaro ini, malamnya dilanjutkan dengan pengajian Isra Mi’raj,” ujar Subagyo, juru kunci ‘dhuwur’.
Jika para bapak sibuk mengganti pagar, para ibu juga turut serta sowan menghadap ke rumah juru kunci untuk mengantar, memasak dan menyajikan makanan selamatan. Setelah prosesi jaro rojab selesai, para pria akan makan selamatan dan pulang membawa makanan ‘berkat’ dari rumah juru kunci.
Selain warga Desa Cikakak, tradisi Jaro Rojab itu juga diikuti oleh warga luar desa mulai dari Windunegara, Wlahar dan Jambu. Di tahun sebelumnya, sejumlah peziarah dari luar daerah mulai dari Cilacap, Tasikmalaya,hingga Bandung juga datang dalam acara tersebut. Pasalnya dalam Jaro Rojab juga dimanfaatkan warga sebagai waktu ziarah dan sowan (menghadap) ke juru kunci situs setempat.
“Di sini ada tiga juru kunci, dhuwur, tengah dan lebak (atas,tengah, bawah). Biasanya di rumah mereka, warga menghadap dan silaturahmi. Warga terbiasamembawa berbagai makanan untuk menyumbang kegiatan ini. Setelah mengganti jaro kami bersantap bersama sebagai bagian berdoa untuk keselamatan,” kata Kepala Dusun IV Desa Cikakak, Suladi. (Susanto-)