PURWOKERTO – Kasus kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Banyumas kebanyakan dari pasien mandiri yang datang ke rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan. Saat datang kebanyakan sudah dalam kondisi parah, baik dengan penyakit penyerta.
“Dan kebanyakan yang meninggal adalah pasien mandiri. Artinya ia sakit masuk ke rumah sakit dengan gejala berat mengarah ke Covid-19. Setelah dilayani dan di swab, hasilnya positif,” kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Banyumas, Sadiyanto (9/12/2020).
Menurutnya, rata-rata pasien positif Covid-19 yang meninggal di rumah sakit, pada dua bulan ini, antara 5-7 orang tiap harinya. Dia mencontohkan, Selasa (8/12/2020), ada enam meninggal dunia.
“Saat dirawat di rumah sakit, kebanyakan tidak lama. Dari laporan yang saya baca, ada yang belum sampai sehari meninggal, ada juga yang sampai empat hari,”
ujarnya.
Pasien yang meninggal, lanjut dia, kebanyakan usia di atas usia 50-60 tahun, masuk usia rentan dan memiliki riawayat kesehatan penyakit penyerta (kormobid). Ia menilai, sampai saat ini kecenderungannya terus meningkat atau tinggi. Ini diindikasikan, hampir tiap hari dilaporkan kejadian positif dan mennggal selalu ada.
“Sampai saat ini trennya terus naik, dan belum menurun. Kemarin (Selasa-red), kejadian meninggal ada enam orang,” katanya mencontohkan.
(Baca Juga : Kalau Sudah Terkendali, Hajatan Diperbolehkan Lagi )
Dia menyebut, khusus kasus positif di bulan Dsember hingga minggu kedua ini, ada 869 kasus. Sedangkan dari Maret sampai Desember ini, total 2.926 orang, dan meninggal 120 orang. Khusus Dsember ini, sampai Senin lalu, ada 31 orang meninggal.
Kedisiplinan Masih Lemah
Sadiyanto menyatakan, dari hasil kajian dan analisa, kasus positif dan kematian akibat Covid-19 di Banyumas meledak, karena masalah ketidakdisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Pengetatan untuk perlindungan diri dari warga masyarakat masih sangat lemah.
“Dalam situasi seperti ini, satu-satunya cara untuk menghindari Covid-19, ya protokol kesehatan dijalankan secara ketat, sebelum ada vaksin. Meskipun ada vaksin, protokol kesehatan tetap dilakukan,” ujar dia.
Kondisi ini diperparah, kata dia, banyak orang tanpa gejala (OTG) yang bertebaran, baik di lingkungan pekerjaan, diluar maupun di rumah. Menurutnya, untuk mengindentifikasi OTG sendiri, juga sering mengalami kesulitan.
“Kalau pakai masker, jaga jarak dan sering cuci tangan, kemungkinan tertular kan kecil. Kan beda kalau itu tidak dijalankan, potensi tertularnya kan besar,” tandasnya.(aw, san-3)