MEMBACA itu meramu asa. Begitulah yang diyakini oleh para pegiat literasi Perpustakaan Jalanan Ajibarang yang hadir tiap akhir pekan di Taman Kota Ajibarang dan sudut jalanan Ajibarang lainnya sejak 2017 lalu. Hingga kini di tengah ramai kegiatan warga, mereka terus bertahan menjaga idealisme dan asa tentang literasi.
Ya, tiap Sabtu sore dan Minggu pagi, perpustakaan jalanan ini digelar di salah satu sudut Taman Kota Ajibarang dan terkadang di jalan protokol Ajibarang. Ratusan buku digelar menggunakan bekas banner. Siapa saja yang berminat bisa langsung membaca buku yang tersedia di tempat yang tersedia.
“Kita buka lapak setiap akhir pekan mulai dari pukul 17.00 sampai malam hari di Taman Kota. Kalau Minggu pagi setiap ada even Car Free Day, kita buka di depan salah satu minimarket tepi jalur protokol Ajibarang,” ujar Fyan, pegiat Perpustakaan Jalanan asal Desa Pancasan.
Selain Fyan, masih ada sembilan pegiat perpustakaan jalanan lain yang bersinergi dan bergantian menjaga lapak buku bacaan gratis ini. Mereka antara lain Khomsi, Aan, Aris Widodo, Idos dari Pancasan, Harani dari Ajibarang Kulon dan Viyan dari Karangklesem. Sepuluh pemuda ini bergiat membuka lapak Perpus jalanan ini sejak 9 Agustus 2017 silam.
“Kami tak membatasi umur untuk sasaran pembaca. Karena buku yang kita sediakan juga untuk semua umur dan berbagai jenis buku bacaan. Karena perpustakaan jalanan ini bersifat terbuka,” jelas Harani.
Minat Warga
Setelah lebih dua tahun berjalan, antusiasme dan minat warga untuk melihat dan memanfaatkan bacaan perpustakaan jalanan cukup terlihat. Hal ini terbukti dari kunjungan dan banyaknya anak yang duduk membaca setiap lapak perpustakaan jalanan ini digelar.
“Kami berharap semoga kegiatan seperti ini terus berjalan dan semakin banyak yang mendukung kembali kegiatan ini. Karena memang kegiatan seperti ini berangkat dari sukarela sekelompok pemuda,” ujar Khomsi beberapa waktu lalu.
Warga masyarakat juga mendukung adanya kepedulian pemuda pengelola perpustakaan jalanan. Mereka juga berharap komunitas-komunitas baca dan tulis di wilayah Ajibarang juga semakin bertumbuh dan berkembang. Apalagi di era digital sekarang ini, minat literasi semakin tertantang oleh perkembangan teknologi informasi.
“Kami sangat mendukung kegiatan ini, apalagi ini berangkat dari kepedulian generasi muda. Semoga di Ajibarang ini semakin banyak lagi komunitas yang peduli terhadap dunia literasi,” ujar Trisnatun, guru sekaligus penulis sejumlah buku puisi dari Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI) Ajibarang. (Susanto-60)