PURWOKERTO – Guna mempermudah masyarakat untuk mendonorkan mata dan menjamin kebutuhan kornea donor di Indonesia, Lions Eye Bank Jakarta (LEBJ) memperluas jaringan Eye
Donation Center (EDC).
Hingga saat ini, LEBJ secara resmi telah membuka layanan Eye Donation Center di 12 cabang JEC yang tersebar di 9 kota dan 6 provinsi.
Menurut Kepala/Direktur Medis Lions Eye Bank Jakarta, Dr Sharita Siregar SpM(K), jumlah penderita kebutaan kornea di Indonesia tidak sebanding dengan jaringan kornea yang tersedia.
”Sangat disayangkan kita masih harus bergantung negara lain untuk penyediaan kornea yang dibutuhkan untuk cangkok,” terangnya.
Walau target 100 jaringan kornea lokal telah tercapai pada 2019 lalu, tetapi jumlah tersebut belum bisa menyelesaikan angka kebutaan kornea yang tinggi di Indonesia.
Data WHO menyebutkan, kelainan kornea sebagai penyebab kebutaan terbesar keempat di dunia, setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula.
Di Indonesia, menurut Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), diperkirakan 1 per 1.000 orang penduduk Indonesia menderita kebutaan akibat kelainan kornea.
Dengan kata lain, sebanyak 270 ribu dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami kebutaan karena hilangnya transparansi yang merupakan sifat dasar dari kornea.
Hingga 2020, sekitar 35 juta orang di Indonesia mengalami gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang menderita kebutaan, termasuk akibat kelainan kornea. Tak ayal kebutuhan kornea donor di Indonesia masih tinggi.
Di JEC-Anwari @ Purwokerto
Bagi masyarakat Purwokerto, saat ini sudah dapat mengakses jaringan EDC terdekat yang berlokasi di JEC-Anwari @ Purwokerto. Tepatnya di Jalan Jatiwinangun No.59 Purwokerto Lor, Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
Berdiri pada tahun 2017, LEBJ merupakan organisasi non-profit hasil kerja sama Yayasan Lions Mengabdi Indonesia dengan JEC Eye Hospitals and Clinics. Peluncurannya juga bertepatan dengan peringatan World Sight Day 2021 yang tahun ini mengangkat tema #LoveYourEyes.
Dr Sharita Siregar menambahkan, partisipasi aktif masyarakat luas menjadi kunci. Karenanya, dengan kehadiran jaringan 12 titik EDC yang tersebar di 9 kota dan 6 provinsi, harapannya masyarakat Indonesia semakin mudah menjangkau layanan LEBJ untuk mendonorkan mata mereka.
Dengan semakin banyak donor kornea yang terfasilitasi, maka semakin cepat pula penanganan para pasien yang membutuhkan tindakan transplantasi kornea.
”Lebih jauh, semoga jaringan EDC dari LEBJ bersama JEC ini dapat berkontribusi menekan tingkat kebutaan di Indonesia,” tegas Dr. Sharita Siregar.
Setiap EDC terafiliasi dengan bank mata induknya, yaitu LEBJ, sehingga menerapkan standardisasi pengambilan, pengelolaan, serta distribusi jaringan kornea yang berkualitas.
Teknisi LEBJ yang telah tersertifikasi akan memastikan pengambilan kornea, serta proses transportasi kornea donor secara aman menuju rumah sakit mata yang membutuhkan.
Selama 4 tahun terakhir, LEBJ sebagai institusi bank mata terkemuka telah memiliki 6.733 calon donor kornea dan melakukan 345 operasi transplantasi pada pasien kebutaan kornea.
Baca Juga : JEC Distribusikan 275.000 Masker Bedah
Saat ini, daftar tunggu pasien yang menanti ketersediaan jaringan kornea telah mencapai 160 orang.
Degenerasi Makula
Sementara penyebab kebutaan lainnya, yaitu degenerasim akula juga perlu diwaspadai. Disebut juga dengan Age-related Macular Degenerations (AMD), degenerasi makula merupakan salah satu penyakit mata yang menyerang bagian retina, khususnya pada area makula.
Secara global, diperkirakan AMD menyerang sekitar 8,7 persen populasi penduduk dunia yang berusia lebih dari 50 tahun.
”Makula, area berukuran lima milimeter di tengah retina, merupakan lapisan saraf pada dinding bola mata yang berfungsi menerima cahaya. Makula berperan penting sebagai penglihatan sentral dan mengidentifikasi warna,” papar Dr Elvioza SpM(K), Ketua Retina Service dan Dokter Spesialis Mata Subspesialis Vitreoretina JEC Eye Hospitals &
Clinics.
Menurut dia, adanya gangguan pada struktur makula berdampak sangat besar pada kualitas penglihatan.
”Penderita AMD lazim mengalami penglihatan buram atau gelap yang mulai muncul dari tengah lapang pandang. Kondisi ini tentu mempengaruhi dalam membaca, menyetir kendaraan, menulis, bahkan mengenali wajah orang,” tambahnya.
Selain penglihatan gelap di bagian tengah lapang pandang (disebut skatoma sentral), gejala umum AMD lainnya adalah metamorfosia. Yaitu pandangan terhadap garis lurus yang tampak bengkok/miring (juga di bagian tengah lapang pandang), serta penurunan ketajaman penglihatan.
Penyebab munculnya AMD masih belum diketahui pasti. Namun, ada beberapa faktor risiko yang memperbesar peluang seseorang menderitanya. AMD umumnya terjadi pada orang lanjut usia, sebab proses degenerasi (penuaan) secara perlahan memengaruhi struktur makula hingga akhirnya memicu kerusakan yang meluas.
Kondisi lain yang dapat memicu munculnya penyakit ini antara lain kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi, adanya riwayat AMD pada keluarga, dan pola hidup yang kurang sehat.
AMD terdiri dari dua kategori. Pertama AMD tipe kering, yakni kerusakan pada bagian retina, tetapi belum menunjukkan tanda kebocoran.
Meski sering ditemukan, AMD tipe kering jarang menyebabkan kehilangan penglihatan. Kedua AMD tipe basah, yaitu pembengkakan (munculnya pembuluh darah baru/neovaskularisasi akibat dorongan protein Vascular Endothelial Growth Factor/VEGF pada area makula, berupa darah ataupun cairan.
Bila dibiarkan bisa menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan retina yang bisa berujung menjadi jaringan parut (kasus kronis). Tipe ini merupakan penyakit tingkat lanjut dari AMD kering dan jarang ditemukan, namun berperan pada 90 % dari total kasus kehilangan penglihatan yang parah.
Tata laksana penanganan pasien AMD juga disesuaikan dengan kategorinya. Untuk AMD tipe basah, injeksi intravitreal atau suntikan ke dalam bola mata menggunakan obat Anti-VEGF menjadi langkah rekomendasi.
Pembuluh Darah Baru
Anti-VEGF bekerja dengan menghambat pembentukan pembuluh darah baru dalam mata dan mencegah memburuknya kondisi penyakit, serta meningkatkan kembali penglihatan pasien.
Sementara tidak ada pengobatan untuk AMD tipe kering, namun perkembangannya dapat diperlambat dengan suplementasi. Observasi berkala juga harus terus dijalankan agar penyakit tidak berkembang menjadi AMD tipe basah.
”Komitmen untuk mengatasi kebutaan di tanah air perlu diimplementasikan secara berkelanjutan agar angka penderitanya terus dapat ditekan. Karenanya, sejak berdiri pada 1984, JEC Eye Hospitals and Clinics tak henti berupaya mengoptimalkan penglihatan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Sejalan dengan momentum World Sight Day 2021, JEC ingin memperkuat tema tahun ini. ”Yaitu #LoveYourEyes, dengan semangat Save Our Sight yang kami realisasikan lewat dukungan terhadap dua upaya nyata pemberantasan kebutaan di Indonesia; yaitu peluncuran jaringan fasilitas EDC oleh LEBJ, serta edukasi penanganan penyakit degenerasi makula atau AMD,” terang Presiden Direktur JEC Korporat, Dr Johan A Hutauruk SpM(K).
Adapun untuk masyarakat Purwokerto, Banyumas, dan kawasan sekitarnya sudah dapat mengakses jaringan EDC dari LEBJ, serta mendapatkan tata laksana penanganan AMD yang telah tersedia di JEC-Anwari @ Purwokerto.(bs-7)