BANYUMAS – Suarabanyumas.com – Maestro Lengger Lanang Banyumas, Rianto, tampil memukau dalam pertunjukan bertajuk ‘Lengger Gethek Tjampuhan’ yang digelar di atas gethek bambu di pertemuan tiga aliran sungai—Tenggunung, Logawa, dan Serayu—di Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Minggu (4/5/2025).
Pertunjukan yang digelar dalam rangka Hari Tari Dunia ini tidak hanya menawarkan keindahan seni tari tradisional, tetapi juga menjadi medium kampanye untuk menjaga kebersihan sungai.
Dengan panggung alami berupa perahu bambu yang mengalir tenang di atas sungai, Rianto menari dengan penuh penghayatan. Gerakannya menggambarkan pertemuan antara unsur air dan cahaya yang dalam filosofi Jawa diyakini memunculkan energi istimewa—yang dalam bayangan sang maestro, menyerupai kemunculan pelangi dan bidadari.
“Tjampuhan itu bahasa Banyumas, artinya pertemuan. Di sinilah tiga sungai bertemu. Saya ingin merefleksikan pertemuan cahaya dan air, yang menimbulkan pelangi dan hadirnya bidadari,” ungkap Rianto seusai pertunjukan.
Acara ini menjadi pertunjukan tari pertama yang digelar di atas air di wilayah Sungai Logawa dan Serayu. Gethek bambu yang digunakan menjadi simbol kekuatan tradisi yang tetap kokoh di tengah arus modernitas.
Antusiasme masyarakat pun tinggi. Selain menyaksikan tarian khas Banyumasan, mereka juga disuguhkan pesan lingkungan yang kuat: menjaga kebersihan sungai.
“Lewat pementasan ini, kami ingin mengajak masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai. Sungai adalah sumber kehidupan dan bagian penting dari budaya kita,” tegas Rianto.
Sebagai simbol pelestarian lingkungan, acara juga diisi dengan pelepasan ribuan benih ikan dan anak bebek ke sungai. Harapannya, kegiatan ini bisa menumbuhkan kesadaran bersama untuk mencintai dan merawat alam.