BANYUMAS – Kesenian lengger lanang berpotensi menjadi warisan budaya dunia. Sebab saat ini, seni tradisi asli Banyumas tersebut kian populer di tengah masyarakat.
Kepala Seksi Nilai Tradisi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Mispan menyebutkan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menetapkan kesenian ini sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia Tahun 2019. Artinya, saat ini, kesenian tersebut sudah diakui milik masyarakat Banyumas.
“Dari segi literatur, cerita tentang lengger ini sudah diterjemahkan dalam 9 bahasa. Selain itu, seni lengger juga dipopulerkan oleh seniman-seniman Banyumas hingga ke luar negeri. Juga ada film yang mengangkat kisah nyata tentang lengger lanang ini,” kata dia, Selasa (28/1).
Dari latar belakang itu, kata Mispan, pemerintah daerah akan berupaya untuk mengusulkan kesenian tersebut sebagai warisan budaya dunia. Meski membutuhkan proses yang tidak mudah dan berliku untuk mendaftarkan kesenian ini.
Seni lengger, kata dia, merupakan identitas budaya yang memiliki nilai keunikan dan tradisi yang masih hidup. Kesenian ini lahir dari budaya agraris. Ciri khas gerakan tarinya yang tegas dan dinamis menunjukkan karakter orang asli Banyumas.
Sebagai informasi, untuk mengajukan sebuah hasil kebudayaan menjadi warisan budaya dunia versi UNESCO membutuhkan proses panjang. Naskah dan dokumentasi WBTB yang telah terdaftar akan diseleksi dan diverifikasi oleh UNESCO.
Mispan mengatakan, sebagai langkah awal, pihaknya berusaha mempopulerkan seni lengger di masyarakat Banyumas. Ia berencana menggarap tari massal dalam rangkaian Hari Jadi Banyumas ke 449.
“Sedang dipersiapkan gerakannya untuk tanggal 9 Februari nanti. Konsepnya flash mob,” ujarnya. (K35-60)