Suara Banyumas - Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
SUARA BANYUMAS
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Suara Banyumas - Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Beranda Sorotan

Longsor Sirampog Rusak 100 Rumah: Ahli Geologi Ungkap Risiko Tinggi dan Rekomendasikan Relokasi

Rabu, 23 April 2025
Topik Sorotan
A A

Dr. Ir. Indra Permana Jati, ST., MT., Dosen Teknik Geologi Unsoed

BREBES – Suarabanyumas.com – Bencana tanah longsor kembali terjadi di wilayah Kabupaten Brebes, tepatnya di Desa Krajan dan Desa Mendala, Kecamatan Sirampog. Kejadian yang berlangsung cepat ini menyebabkan kerusakan pada lebih dari 100 rumah dan memaksa lebih dari 300 warga mengungsi. Menurut ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, kejadian ini bukan hanya bencana biasa, tapi merupakan peringatan serius akan kondisi geologi yang rentan.

Penyebab Teknis Longsor: Kombinasi Batuan Tua dan Pelapukan

BacaJuga

img: bsky.app

Mengenal Bluesky, The Next Big Thing di Dunia Sosmed, Emang Apa Istimewanya?

Karakteristik Kota Kecil yang Cocok untuk Gaya Hidup Slow Living

Escape to Serenity: Karakteristik Kota Kecil yang Cocok untuk Gaya Hidup Slow Living

Dr. Ir. Indra Permana Jati, ST., MT., Dosen Teknik Geologi Unsoed sekaligus anggota IAGI, IABI dan MGTI, menjelaskan bahwa longsor terjadi akibat kondisi batuan penyusun wilayah yang telah berumur sangat tua dan mengalami pelapukan intensif. Lokasi longsor berada di atas Formasi Lawak dan Formasi Rambatan yang tersusun atas napal kehijauan, sisipan tipis batu gamping, serta pasir gampingan — batuan sedimen yang terbentuk sejak zaman Tersier Miosen, sekitar 23 juta hingga 5 juta tahun lalu.

“Jenis batuan ini mudah melapuk dan membentuk lapisan tanah dengan daya ikat rendah. Apalagi bila terpapar air dalam waktu lama, maka risiko longsor meningkat signifikan,” terang Indra. Ia juga mengamati adanya perlapisan batuan yang memicu bidang gelincir — permukaan licin di dalam tanah yang menjadi jalur longsoran — berada di kedalaman antara 5 hingga 20 meter.

Topografi dan Air: Faktor Pemicu Gerakan Tanah

Analisis geologi awal menunjukkan bahwa pemukiman warga berada di lereng dengan topografi miring dan mengarah langsung ke Sungai Pedes. Dengan sudut kemiringan mencapai 60 derajat, massa tanah yang jenuh air dengan cepat bergeser ke arah barat daya. Gerakan ini terdeteksi mencapai kecepatan sedang, antara 1,5 meter per hari hingga per bulan, cukup untuk menimbulkan kerusakan besar dalam waktu singkat.

“Pola retakan di bagian atas longsoran (mahkota) juga lurus, mengindikasikan perlapisan batuan horizontal yang mempercepat pergerakan tanah,” imbuh Indra.

Dampak dan Ancaman: Tidak Bisa Diabaikan

Kerusakan struktural pada lebih dari 100 rumah menunjukkan bahwa longsor tidak hanya melanda area terbuka, tetapi juga menyasar zona padat penduduk. Bila longsor terjadi pada malam hari, potensi korban jiwa bisa lebih besar. Selain itu, kondisi retakan yang sudah terbentuk memungkinkan air hujan meresap dan memperparah kondisi tanah, memicu longsoran susulan.

Indra menambahkan bahwa karakter tanah di wilayah ini — dominan pasir hasil pelapukan batuan gamping — memiliki kohesi rendah, sehingga mudah bergerak dan tidak mampu menahan beban bangunan di atasnya.

Rekomendasi Teknis: Relokasi dan Rehabilitasi

Melihat hasil observasi awal dari citra satelit, topografi, dan jenis batuan, Indra menyarankan relokasi sebagai solusi utama. Wilayah yang telah mengalami longsor cenderung berubah menjadi bentang alam tidak stabil (hummocky) dan sulit dipulihkan menjadi kawasan permukiman yang aman.

“Relokasi ke daerah dengan bentang alam datar sangat direkomendasikan. Harus melalui investigasi geologi terlebih dahulu agar tidak mengulang kesalahan yang sama,” jelasnya.

Selain itu, penanaman vegetasi dengan akar dalam dan kuat dapat dilakukan di area bekas longsor untuk mengurangi risiko erosi dan stabilisasi lereng. Namun upaya ini hanya relevan jika retakan tanah tidak berkembang dan tidak ada pergerakan tanah lanjutan.

Langkah Lanjut: Investigasi dan Edukasi Warga

Indra juga menekankan pentingnya keterlibatan tim geologi untuk pengukuran langsung di lapangan, termasuk penentuan bidang gelincir, kedalaman lapisan batuan, dan struktur perlapisan. Edukasi terhadap masyarakat juga krusial, terutama dalam mengenali tanda-tanda awal longsor seperti munculnya retakan di tanah, pohon miring, atau aliran air keruh yang tidak biasa.

“Kita harus beralih dari reaktif menjadi preventif dalam penanganan bencana geologi,” pungkas Indra.

 

 

BagikanBagikanPinBagikanBagikanKirim
Sebelumnya

Seorang Warga Banyumas Dilaporkan Hilang Sejak 2010

Selanjutnya

PERGUNU Banyumas Dorong Kolaborasi Pendidikan Lewat Audiensi dengan Wakil Bupati

Artikel Lainnya

BAZNAS : Mengelola Zakat untuk Kesejahteraan Umat di Indonesia

Muspimwil V PKB Jateng Tegas Tolak Full Day School

Sorotan

Pilihan

Banyumasiana

Cerita & Jelajah

Topik

Serba - Serbi

Tren Digital

Inovasi & Teknologi
  • Profil
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentun
DMCA.com Protection Status
©2025 Suara Banyumas

Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
  • Topik
  • Banyumasiana
  • Tren Digital
  • Pilihan

© 2025 Suara Banyumas

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In