RATUSAN umat Islam di Purwokerto melakukan Shalat Gerhana di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, Kamis (26/12) siang. Mereka tampak khusuk mengikuti setiap tahapan, tata cara Shalat Gerhana, sesuai anjuran agama Islam. Dari niat Sholat Gerhana hingga sampai salam, yang dipimpin oleh Imam Shalat Ustadz Masnun Alim. Mereka juga mengikuti dengan seksama isi siraman rohani yang dibawakan oleh Ustadz Amrullah Sucipto.
Tanpa diundang, warga duyun-duyun datang mengambil wudhu dan ikut serta dalam barisan Shalat Gerhana tersebut. Berbagai tahapan seperti niat Sholat Gerhana, takbiratul ihram, membaca doa iftitah yang dilanjutkan Al-Fatihah dan surat lain dengan ayat yang panjang dan suara yang keras, ruku sambil memanjangkan bacaannya, bangkit dari ruku (itidal) dan tidak langsung sujud namun kembali membaca Al-Fatihah dan surat dengan ayat yang lebih pendek.
Setelah itu, kembali ruku yang bacaannya tidak sepanjang yang pertama, i’tidal, sujud yang lamanya seperti ruku dilanjutkan duduk di antara dua sujud serta sujud kembali, bangkit dari sujud dan mengerjakan rakaat kedua dengan bacaan dan gerakan seperti sebelumnya namun lebih singkat serta salam. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat dengan empat kali rukuk dan sujud. Sama seperti yang lain, Shalat Gerhana diawali niat dan diakhiri salam serta khotbah pada akhir ibadah.
Menurut Ustadz Amrullah Sucipto dalam ceramahnya mengajak umat Islam meluruskan keyakinan, bahwa gerhana matahari tidak ada kaitannya dengan hidup dan matinya seseorang, melainkan tanda-tanda kekuasaan Allah. Dari itu, jika masih ada kalangan masyarakat yang berkeyakinan jika terjadi Gerhana Matahari merupakan ulah roh jahat, itu merupakan keyakinan yang salah atau bathil.
“Mari kita luruskan keyakinan, terjadinya Gerhana Matahari bukan terkait hidup atau matinya seseorang,” ujarnya.
Masalah Mistis
Dengan adanya gerhana matahari, lanjut dia, bukan pula menyangkut masalah-masalah mistis apapun, melainkan sebuah tanda-tanda kekuasaan Allah. Dari itu sebagai orang muslim, adanya Gerhana Matahari tersebut harus bisa untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Yakni keimanan, bahwa Allah lah yang mengatur kita semua, mengatur alam semesta, mengatur peredaran Matahari dan Bulan.
“Semuanya diatur oleh Allah Subhanahu Wataala,” tutur dia.
Dijelaskan, tidak ada peredaran suatu bintang, peredaran bulan, peredaran matahari, kecuali diatur oleh Allah SWT. Oleh karena itu, adanya fenomena itu harus bisa menambah keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah, diiringi dengan berdoa kepada Allah, mengagungkan nama Allah dengan memperbanyak takbir, kemudian perbanyak shadakah dan selanjutnya melaksanakan Shalat Gerhana. “Semoga amalan-amalan ini diterima oleh Allah,” harapnya. (M Abdul Rohman)