CILACAP, suarabanyumas.com – Sebagai bentuk kepedulian terhadap pengembangan ekonomi lokal, mahasiswa KKN 55 UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto mengadakan kunjungan industri ke salah satu sentra kerajinan sapu ijuk di Dusun Dukuh Petir, Desa Karangsari, Kecamatan Cimanggu, Cilacap.
Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LPPM UIN Saizu Purwokerto, Mawi Khusni Albar menyebut, program kunjungan mahasiswa KKN ini bukan sekadar agenda observasi. Akan tetapi juga menjadi upaya nyata mahasiswa dalam menggali potensi UMKM yang berperan penting dalam menopang perekonomian masyarakat setempat.
Di tengah kemajuan industri modern, bisnis sapu ijuk tetap bertahan sebagai produk unggulan yang memiliki pasar tersendiri. Salah satu pengrajin yang menggeluti usaha ini adalah Winarto, seorang warga lokal yang telah merintis bisnis sapu ijuk sejak awal tahun 2024.
Dengan ketekunan dan dedikasi tinggi, ia berhasil mengembangkan usaha tersebut hingga mampu mempekerjakan lima orang karyawan. Keberadaannya tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, tetapi juga menjadi bukti industri tradisional masih memiliki prospek cerah di masa depan.
Dalam sesi diskusi bersama mahasiswa KKN, Winarto menjelaskan bahan baku utama yang digunakan dalam produksi sapu ijuk meliputi ijuk, tepes, wadah plastik, serta gagang kayu. Setiap item memiliki harga berkisar Rp1.500, yang jika dikalkulasikan dengan skala produksi besar tentu memerlukan modal tak sedikit.
Meskipun begitu, usaha ini mampu menghasilkan keuntungan sekitar Rp2 juta per minggu atau Rp6 juta per bulan, menjadikannya sebagai salah satu bisnis yang cukup menjanjikan di daerah tersebut. Namun, di balik kesuksesan bisnisnya, ada tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan tenaga kerja. Dengan jumlah pekerja yang masih minim, kapasitas produksi masih terbatas, padahal permintaan pasar cukup tinggi. Selain itu, harga bahan baku yang terus meningkat juga menjadi hambatan yang perlu segera diatasi.
“Kalau ada dukungan dari pemerintah, baik berupa subsidi bahan baku maupun pelatihan tenaga kerja, saya yakin usaha ini bisa berkembang lebih besar lagi,” ujar Winarto penuh harap.
Kunjungan ini menjadi momen berharga bagi mahasiswa KKN 55 UIN Saizu, karena mereka tidak hanya mendapatkan wawasan tentang bisnis lokal, tetapi juga menyaksikan langsung proses produksi sapu ijuk.
Tahapan pembuatan sapu dimulai dari pemotongan ijuk, lalu melalui proses penjarotan untuk membersihkan serat-serat yang tidak terpakai. Setelah itu, ijuk dicetak ke wadah plastik menggunakan tali agar lebih rapi dan kokoh.
Selanjutnya, dilakukan penyisiran ulang untuk memastikan bentuknya lebih rapi sebelum akhirnya dipasangkan gagang kayu. Gagang ini kemudian dipaku agar semakin kuat dan tahan lama sebelum akhirnya sapu siap dipasarkan. Antusiasme mahasiswa dalam kunjungan ini disambut dengan baik Winarto.
Ia merasa bangga bahwa usaha kecil yang digelutinya mendapat perhatian dari kalangan akademisi. Menurutnya, dukungan dari generasi muda sangat penting untuk menjaga keberlangsungan industri lokal. “Saya senang melihat mahasiswa datang dan belajar langsung tentang usaha ini. Semangat untuk terus berinovasi itu penting,” katanya dengan penuh motivasi.
Kunjungan ini diharapkan dapat menjadi awal sinergi antara dunia akademik dan UMKM dalam menciptakan solusi bagi tantangan yang dihadapi industri lokal. Mahasiswa KKN 55 UIN Saizu juga berharap potensi UMKM seperti usaha sapu ijuk ini dapat terus berkembang dan mendapatkan dukungan yang lebih besar, baik dari masyarakat maupun pemerintah.