Tulisan ini bentuk ekspresi gembira atas perayaan kelahiran Kanjeng Nabi, tulisan dari orang yang tinggal dan hidup di Banyumas dan banyak noda.
Rabiul Awal adalah perayaan. Perayaan kelahiran. Dalam tradisi Islam di Nusantara, kerap disebut Maulid. Maulid merupakan bulan dalam almanak Hijriyah dari Rabiul Awal. Istilah maulid di Nusantara lebih familiar dari Rabiul Awal itu sendiri.
Masyarakat Islam di Jawa menyebutnya dengan Mulud. Muludan sebagai bentuk pengucapan yang lebih mudah. Sekaligus sebagai ekspresi dari penyambutan dan perayaan. Masyarakat Islam di Nusantara menyambut dengan gempita. Masyarakat menyambut dengan suka cita.
Beragam ekspresi perayaan dihadirkan sebagai wujud tresna. Tresna kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang membawa cahaya bagi dunia. Masyarakat berkumpul, menyatu dalam suka cita. Umumnya, bagi masyarakat Jawa, muludan diekspresikan dengan beragam giat budaya.
Jogja, Solo ada Grebeg Mulud. Cirebon ada Panjang Jimat & Siram Gong. Ngalungsur Pusaka di Garut. Kudus ada tradisi Ampyang Maulid. Kendal memiliki tradisi Weh-Wehan. Pati menyambut dengan tradisi Meron. Banyuwangi Endog-Endogan. Banyumas menyambut dengan kegiatan Kalibening Culture Haritage. Tentu saja, ada tradisi lain di semua wilayah Nusantara ini.
Wujud lain, pelosok-pelosok desa merayakan dengan pembacaan kitab, salah satunya al-Barzanji, bergilir di masjid atau mushola. Ekspresi budaya ini adalah wujud tresna, kehadiran sosok agung dan mulia. Semua wujud perayaan berakhir pada ritual makan-makan -bancakan-.
Zaman semakin beranjak canggih. Perayaan maulid masih lestari. Dewasa ini, perayaan maulid, sudah masuk ke televisi, konten kreasi, institusi-institusi. Bagaimana dengan kampus, komunitas kreatif dan para muda-mudi, semoga sudah terjadi. Ekspresi kreatif perayaan maulid dengan beragam aktivitas kesenian; suara, musik, kuliner, buku dan lainnya, adalah bentuk kegembiraan kepada Kanjeng Nabi.
Perayaan maulid adalah perayaan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad sebagai teladan kehidupan. Selain itu, Muludan adalah jalan dakwah Islam di Nusantara. Beragam ekspresi dalam perayaan maulid terkandung kebersamaan, gotong royong dan kerukunan. Tentu saja, nilai tersebut layak disyukuri sebagai nikmat yang luar biasa bagi bangsa ini.
Muludan masih semarak dirayakan pada tiap wilayah-wilayah, dilakukan dengan kerelaan dan ketulusan. Ekspresi perayaan maulid dalam wujud kreasi, seni, budaya harapannya tidak akan berhenti dan akan tetap lestari. Masihkah muncul bahwa Maulid adalah bid’ah? Wallahua’lam.
*) Penulis adalah dosen UNU Purwokerto dan pemerhati budaya Nusantara.