CILACAP – Kejadian bencana alam berupa angin kencang, tanah longsor dan luapan air sungai di wilayah Kabupaten Cilacap, Sabtu (1/2) tidak terlepas dari perkembangan musim hujan yang mulai memuncak.
Hal tersebut disampaikan oleh Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Rendi Krisnawan, saat dimintai konfirmasi SuaraBanyumas, Minggu (2/2).
“Sesuai dengan prakiraan awal, puncak musim hujan di Kabupaten Cilacap secara umum berlangsung dalam bulan Februari-Maret,” kata Rendi.
Dari pengamatan pihaknya, sejak akhir Januari kemarin, curah hujan di Cilacap lebih tinggi dibanding sebelumnya. Kemudian pada Februari dasarian pertama ini juga kategori tinggi.
Selanjutnya, pada dasarian kedua sampai dasarian ketiga bulan Februari, intensitas hujan diperkirakan menurun. Lalu di bulan Maret nanti, kondisi curah hujannya meningkat kembali.
Menurut Rendi, hal itu disebabkan adanya daerah belokan angin di atas wilayah Jawa. Kemudian pengaruh lainnya, yakni adanya tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah barat daya Jawa Barat.
“Hal ini memicu banyak pertumbuhan awan-awan hujan, lalu awan cumulonimbus. Ini biasanya mengakibatkan terjadinya hujan lebat. Kalau ada awan cumulonimbus berpotensi terjadinya petir maupun angin kencang,” kata dia.
Hujan di puncak musim, lanjut dia umum lebih merata. “Jadi ke depan, masih berpotensi kondisi hujan lebat, termasuk petir dan potensi angin kencang,” kata dia.
Angin kencang, lanjut dia biasanya di awal-awal hujan. “Kalau hujan lebat sudah berangsur lama, biasanya angin akan mereda,” kata dia.
Berkaitan dengan perkembangan cuaca dan musim, pihaknya aktif meng-update informasi. Masyarakat dapat memantau di jejaring sosial milik badan tersebut.
Akun media sosial Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, dapat diakses melalui Instagram, Facebook hingga Twitter. Pihaknya juga menyediakan grup WhatsApp sebagai layanan informasi.
Tak hanya itu, masyarakat juga bisa menanyakan informasi cuaca via telepon atau datang langsung ke kantor BMKG. (tg-60)