CILACAP – Musim di Kabupaten Cilacap dan sekitarnya, saat ini lumrahnya sudah memasumi musim kemarau. Akan tetapi, akhir akhir ini masih sering turun hujan.
Bahkan, hujan yang turun pada Jumat, 15 Juli 2022, memicu terjadinya bencana banjir di sejumlah wilayah Cilacap.
(Baca Juga: Hujan Lebat Picu Banjir di Kawunganten Cilacap, Ratusan Keluarga Terdampak)
BPBD Cilacap mendata, banjir melanda Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, dan berdampak pada seratusan keluarga.
Ruas jalan nasional di KM 7 sampai dengan KM 7,4 Sidareja-Jeruklegi, masuk Kecamatan Gandrungmangu juga tergenang banjir pada Jum’at pagi.
Masyarakat pun bertanya-tanya, mengapa hujan masih sering turun pada hingga saat ini yang sudah murah musim kemarau.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo mengakui hal itu. Bahwa saat ini normal musim adalah memasuki musim kemarau, tetapi masih banyak terjadi hujan.
Pantauan dari Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap pada Kamis 15 juli 2022, hujan tercatat hujan 82 milimeter, dan di pos Tunggul Wulung 101 milimeter atau kategori hujan lebat hingga sangat lebat.
DMI Bernilai Negatif
Teguh Wardoyo mengatakan, hal yang memicu hujan lebat yakni faktor cuaca lokal. Pihaknya mengamati adanya kelembapan relatif yang cukup tinggi.
“Hal ini didukung dengan nilai indeks labilitas lokal yang kuat, mendukung proses konvektif di wilayah Jawa Tengah, khususnya di Cilacap,” kata Teguh Wardoyo.
Selanjutnya, Dipole Mode Indek atau DMI bernilai negatif (-1.14).
Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut – atmosfer di Samudera Hindia, yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) suhu permukaan laut, antara pantai timur Afrika dengan pantai barat Sumatera.
Perbedaaan nilai anomali suhu permukaan laut itu disebut sebagai DMI.
Jika DMI positif umumnya memberi dampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan DMI negatif berdampak pada meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.
Pengaruh DMI Terhadap Hujan
Ia mengatakan, DMI dianggap normal ketika nilainya + 0,4.
“DMI saat ini memiliki nilai negatif (-1.14). Itu artinya suplai uap air dari wilayah Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat signifikan. Yakni aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian barat signifikan, sehingga memicu dampak terhadap terjadinya hujan,” kata dia.
Sementara itu, SST anomali sekitar Laut Jawa +1.0 sampai dengan +3.0 derajat celcius. Dengan demikian, ada potensi penguapan atau penambahan massa uap air di daerah sekitar Laut Jawa.
“Aktifnya gelombang Rossby dan kelvin disekitar Jawa juga menyebabkan hujan di Jawa, khususnya di Cilacap,” kata dia.
(Baca Juga: Tahun Ini, Kemarau Di Cilacap Diperkirakan Lebih Basah dan Singkat)
Oleh sebab itu, musim kemarau saat ini bersifat Diatas Normal. Musim kemarau seperti ini masih banyak terjadi hujan dan awal musim kemarau menjadi atau mengalami Kemunduran.
“Seperti contoh di Cilacap dan sekitarnya, sampai dengan bulan Juli ini masih terjadi hujan, sehingga musim kemarau mundur dari normalnya,” kata dia. (day-6)