KELOMPOK Sadar Wisata (Pokdarwis) Ciptaprasada, Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen bersama masyarakat terus memproduksi cocopot (pot dari sabut kelapa). Pot yang dibuat secara manual ini cukup dilirik masyarakat sehingga secara ekonomi sangat prospektif.
Produksi cocopot ini menjadi bagian dari penciptaan peluang usaha di saat pandemi dan untuk mendukung wisata alam air terjun Curug Menyawak yang baru dibuka awal Januari 2021 itu. Meski obyek wisatanya terpaksa ditutup sementara karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) 11-25 Januari 2021 mendatang, namun produksi cocopot ini tetap berjalan seperti biasa.
“Saat ini setiap hari diproduksi sekitar 200 cocopot dengan tenaga pekerja sekitar 20 orang. Adapun penjualannya dilaksanakan secara offline dan online. Untuk harga pot dari sabu kelapa ini berkisar mulai dari Rp 8 ribu hingga Rp 15 ribu,” jelas Pelopor perajin cocopot, Sugeng Riyadi.
Untuk pemasaran cocopot ini yang paling banyak dipromosikan dan dipasarkan melalui media sosial dan marketplace. Strategi pemasaran online ini memungkinkan pembeli dari luar daerah bisa melihat dan membeli produk UMKM ini.
“(Pembelinya) ada dari Solo, Magetan, Nganjuk, Karanganyar, Pemalang, Bekasi dan Karawang. Untuk wilayah lokal Banyumas, sebagian dibeli secara langsung,” jelasnya.
Adapun latar kegiatan usaha produksi cocopot ini merupakan tindak lanjut nyata program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat kepada karangtaruna dan masyarakat. Cocopot dinilai potensial mengingat bahan bakunya cukup mudah didapatkan di lingkungan sekitar.
“Kami tak khawatir kekurangan bahan baku, karena kelapa ada di sekitar kita. Jikapun kurang maka kita bisa langsung menuju ke lokasi Pasar Ajibarang. Yang penting kita mendorong produksi, pemasaran dan kualitas produk harus tetap dipertahankan,” ujarnya.
(Baca Juga : PSBB Berlaku di Banyumas, Patroli Ditingkatkan )
Pendukung Wisata
Ketua Pokdarwis Ciptaprasada, Desa Cibangkong, Ahmad Sakhbani mengatakan produksi usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) oleh warga ini menjadi bagian pendukung wisata sekaligus masuk dalam paket wisata Curug Menyawak dan Wisata Dirgantara. agi produksi cocopot ini terbilang cukup tak terpengaruh ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan saat ini.
“Kami mendorong agar berbagai potensi yang ada di Cibangkong ini juga turut mendukung pengembangan wisata alam yang ada di sini. Sehingga berbagai bidang kehidupan di desa ini turut terangkat secara ekonomi,” katanya.
Dengan berjalannya produksi cocopot di wilayah Cibangkong ini, membuat mata masyarakat terbuka soal peluang ekonomi di sekitar mereka. Selama produksi berjalan beberapa bulan ini, terbukti produknya masih bisa diserap oleh pasar.
“Usaha ini cukup prospektif, apalagi saat ini tanaman hias masih bergaung di pemasaran saat pandemi. Kami berharap ke depan ada inovasi dan berbagai produk lainnya yang bisa menjadi peluang ekonomi masyarakat,” jelas Kepala Desa Cibangkong, Sarwoto Aminoto. (Susanto-3)