PURWOKERTO-Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas mendorong masyarakat untuk bersama-sama tangani Covid-19. Pasalnya pandemi Covid-19 adalah masalah bersama dan diharapkan tidak jadi fitnah.
Ketua PCNU Banyumas, Sabar Munanto mengatakan menyatakan prihatin dengan tingginya kasus positif dan kematian akibat penyebaran Covid-19 akhir-akhir ini. Termasuk di Kabupaten Banyumas. Untuk mengatasi kondisi ini perlu kesadaran bahwa Covid-19 adalah masalah bersama. Sehingga semua pihak harus saling bekerjasama dan menghindari sikap saling fitnah.
“Dalam kondisi kasus tinggi dan meningkat, maka semua menjadi garda depan. Sudah jadi masalah bersama dan harus ditangani bersama,” katanya, Jumat (11/12).
Menurutnya, jika bicara covid-19, sebelumnya lebih terfokus pada kinerja satgas, tenaga medis atau kepala daerah. Padahal, sejak adanya pandemi, program pemerintah pusat, provinsi dan daerah sudah banyak membekali masyarakat.
“Sosialisasi soal Covid, bagaimana penularannya, pencegahannya, isolasi mandiri semua sudah. Secara ekonomi, bansos juga sudah digelontorkan. Ada program jogo tonggo, jogo santri, jiwong jiga. Maka, sekarang saatnya, semua masyarakat aktif dan terlibat,” kata Sabar.
Membangun Kesadaran
Kesadaran tersebut, kata Sabar, harus dibangun dan dijalankan. Mengingat, masih ada beberapa gelintir masyarakat, atau pihak yang memandang Covid-19 sebagai aib.
(Baca Juga : PCNU Bagikan Sembako, Banom Bagikan Masker )
Maka, katanya, Covid-19 itu sendiri justru kalah bahayanya dengan ‘stigma negatif’ yang justru diterima dari lingkungan atau masyarakat. Padahal seperti dikatakan tadi, covid-19 adalah masalah bersama.
“Fakta di lapangan juga membuat kita prihatin. Covid-19 ini kerap justru jadi fitnah. Kalau ada orang kena, lembaga, pesantren, yang ada justru stigma negatif. Sudah kita tegaskan, covid ini bukan aib, jangan jadi fitnah,” tegas Sabar.
NU Banyumas, katanya, juga terus ikhtiar menjadi garda depan dengan jutaan warga yang dimiliki. Selain sosialisasi, juga gerakan nyata penerapan protokol kesehatan sebagai implementasi ‘new normal’.
Kebiasaan menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun, hingga mengurangi kerumunan berlebihan baik jumlah atau durasinya.
“Nahdliyyin (warga NU) tersebar di seluruh wilayah Banyumas. Kita ikhtiar melalui pengurus di 27 kecamatan dan kurang lebih 330 desa supaya taat protokol kesehatan. Bukan karena diperintah, tapi menjadi gaya hidup baru,” katanya. (aw, san-3)