PURWOKERTO-Kalangan pelaku usaha, terutama sektor jasa dan perdagangan di Kabupaten Banyumas mendorong pemerintah untuk membuka kran kembali, menumbuhkan kegiatan perekonomian yang lesu akibat dampak Covid-19. Memasuki masa new normal berbagai kelonggaran harus dilakukan.
“Daya tahan arus kas (cash flow) kita hanya mampu bertahan dua bulan karena rata-rata pelaku usaha di sini modelnya terbatas. Ini kan sudah melewati tiga bulan pandemi Covid-19. Kalau pemerintah tidak segera memberi kelonggaran lagi untuk kegiatan ekonomi, sudah pada gulung tikar,” kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Banyumas, Anggit Pandu, Kamis (11/6).
Pihaknya bisa memahami pemkab daam menjalankan penanggulangan Covid-19 karena menyangkut urusan kesehatan. Namun untuk keberlangsungan sektor lain, seperti bidang eknomi terutama yang bergerak di bidang jasa, pedagangan, pendidikan dan pariwisata juga harus dipikirkan.
“Perlu ada satuan kerja (saker) dari Gugus Tugas yang mengawal dan melakukan pendampingan lokasi-lokasi mana saja (bidang usaha) yang sudah boleh buka, dengan SOP protokol kesehatan,” kata dia.
Menurutnya, pemberlakuan pembatasan jam malam (operasional) mestinya sudah mulai dilonggarkan. Tidak hanya sampai pukul 20.00.
“Rata-rata dari pagi sampai sore, kan kebanyakan masyarakat bekerja, sehingga untuk relaksasi dan santai setelah itu. Kalau misalnya tempat usaha rumah makan, kafe baru buka setelah Magrib, terus pukul 20.00 sudah diminta tutup, ya tidak mungkin bisa menutup biaya operasional,” katanya menggambarkan.
Tiga Strategi
Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten Banyumas, Anto Jamil mengatakan, ada tiga strategi untuk menggeliatkan ekonomi pascapandemi Covid-19 atau pada masa new normal. Yakni masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah. Ketiganya harus jadi satu kesatuan.
“Khusus pemerintah, dalam sosialisasi tentang perkembangan Covid-19, perlu mempertahankan pendekatan optimisme tanpa mengurangi kewaspadaan masyarakat,” katanya.
Kemudian, katanya, mengembangkan variasi narasi dan media sosialisasi perlu semakin dikembangkan sehingga lebih mengefektifkan tumbuhnya keyakinan dan percaya diri masyarakat di fase new normal ini. Termasuk berkomunikasi lebih intensif dengan para pelaku usaha, baik langsung maupun melalui assosiasi.
“Ini untuk membangun kesepahaman dan semangat untuk saling bahu membahu dalam menggairahkan kembali iklim ekonomi,” sarannya.
Bagi pelaku usaha sendiri, katanya, harus merespon tumbuhnya persepsi dan percaya diri masyarakat memasuki fase new normal ini dengan mengefektifkan kembali kegiatan usaha yang mungkin pada fase sebelumnya berhenti total karena masyarakat dianjurkan stay at home.
“Sekarang harus mampu melakukan diversifikasi metode layanan kepada konsumen sebagai respon atas mulai terbiasanya masyarakat atau konsumen melakukan transaksi berbasis online. Termasuk dengan model pembayaran dimana masyarakat mulai terbiasa dengan non-tunai atau cash less,” saranya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Banyumas, Purwadi Santosa mengatakan, pihaknya bisa memahami kondisi yang dialami kalangan pelaku usaha, yang terdampak Covid-19.
“Di tengah upaya kita (pemkab) melakukan pencegahan dan penanggulangan Covid-19, kita juga tengah menyiapkan berbagai formulasi untuk menggeliatkan dan menggairahkan lagi roda kehidupan masyarakat, termasuk sektor ekonomi. Semua sektor terkena dampak, sehingga harus kita bangun kembali optimisme,” katanya terpisah. (G22-2)