PURWOKERTO – Pemerintah Kabupaten Banyumas dinilai tak mungkin menerapkan pembatasan jumlah pengunjung di Lokawisata Baturraden untuk mencegah lonjakan wisatawan. Sebab, hal itu justru menimbulkan citra buruk terhadap pariwisata Banyumas.
Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Drs Chusmeru MSi mengatakan, untuk mencegah overtourism, pemerintah setempat bisa memberlakukan pembatasan jam kunjungan. Alternatif lainnya, yaitu mencari atau menemukan destinasi wisata baru yang sebanding dengan Lokawisata Baturraden.
“Mencegah wisatawan mengunjungi satu objek wisata tentu tidak elok. Bahkan kalau itu sampai menutup akses jalan. Yang paling mungkin yaitu membuat destinasi baru yang setara Lokawisata Baturraden untuk memecah penumpukan wisatawan,” ujarnya, Kamis (17/10).
Menurut dia, Pemkab Banyumas tentu menghadapi persoalan yang dilematis. Sebab, angka kunjungan yang tinggi memang sangat menggembirakan. Tapi dalam jangka panjang hal itu akan berdampak buruk bagi lingkungan.
Chusmeru menyebutkan, pemerintah pusat saat ini telah memikirkan 10 Bali baru. Tujuannya untuk memecah wisatawan tersebut. Artinya, langkah ini bisa ditiru oleh pemerintah daerah.
“Baturraden memang punya daya tarik yang bernilai ekonomis. Kemunculan objek wisata baru, restoran dan hotel adalah contohnya. Tapi hal itu justru akan menimbulkan kemacetan, khususnya pada akhir pekan. Oleh karenanya, Pemkab perlu merancang ulang Perda yang mengatur zonasi di kawasan Baturraden,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala UPT Lokawisata Baturraden, Mey Dwi Koranto melaporkan, hingga Rabu (16/10), jumlah pengunjung objek wisata tersebut mencapai 579.441 orang. Sedangkan pendapatan yang diraih saat ini berjumlah Rp 8,110 miliar.
“Target kunjungan tahun ini 700 ribu orang wisatawan. Kami optimis akan terpenuhi,” ujarnya. (K35-37)