PURWOKERTO – Pemerintah perlu memikirkan dan memberikan solusi terkait dampak ekonomi pemberlakuan gerakan ‘Jateng di Rumah Saja’ selama dua hari (Sabtu-Minggu) khususnya masyarakat rentan ekonomi . Pasalnya banyak dari mereka tak mempunyai penghasilan yang pasti.
Pengamat ekonomi dari Unsoed Purwokerto, Prof Dr Suliyanto menilai, pemberlakukan gerakan tersebut secara ekonomi tidak terlalu berdampak bagi golongan yang berpendapatan tetap. Contohnya seperti, pegawai dan golongan masyarakat yang telah memiliki pasif income dari pendapatan aset atau royalti.
“Tapi ini sebaliknya akan terasa dampaknya pada golongan masyakat rentan ekonomi yang berpendapatan harian atau pendapatan hari ini untuk konsumsi esok hari. Dan siapa yang akan menanggung golongan ini. Ini yang harus dicarikan solusinya oleh pemerintah,” kata Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed ini, Rabu (3/2).
Jika selama dua hari itu pasar, ritel, pertokoan akan ditutup, katanya, maka akan secara langsung berpengaruh bagi pendapatan pengusaha atau pelaku usaha di sektor tersebut. Mereka tetap akan membayar gaji kepada pegawai dan pajak.
Selain itu, nilai dia, secara tidak langsung juga akan berdampak kepada petani yang memproduksi komoditas tidak tahan lama seperti sayur dan buah-buahan karena saluran distribusinya tertutup.
“Dampak ekonomi inilah yang harus dipertimbangkan. Di rumah saja selama 2 hari saya rasa tidak akan efektif untuk menekan penyebaran Covid-19. Sementara masa inkubasi antara 3 sampai 14 hari. Kalau gerakan ini retorika untuk mengingatkan kembali bahwa Covid-19 masih ada dan masih perlu diwaspadai, nilai baiknya hanya di sini,” ujarnya.
Dia mengatakan, pelaku ekonomi non formal dan masyarakat rentan ekonomi perlu mendapat subsidi khusus. Bila anggaran dan aturan memungkinkan, maka bantuan itu bisa saja diberikan.
“Namun mekanismenya pasti sulit. Untuk pengawasan pelaksanaan gerakan 2 hari di rumah juga akan sulit. Menurut saya pada akhirnya akan berjalan seperti biasa. Hanya pasar dan pertokoan saja yang tutup,” katanya.
Harga Mulai Naik
Informasi rencana pemberlakuan gerakan ‘Jateng di Rumah Saja’ tanggal 6-7 Februari besok, gaungnya sudah terasa di kalangan pelaku usaha, khususnya yang berkutat di sektor ekonomi kerayatan.
Harga-harga sejumlah komiditas pokok juga mulai naik. Bahkan di antaranya pedagang dan masyarakat sudah menambah stok.
Pedagang asal Pekuncen Kabupaten Banyumas yang berbelanja di Pasar Induk Ajibarang, Taryono mengaku, sejumlah komoditaskini mulai mengalami kenaikan. Harga daging sapi mencapai Rp 140 ribu per kilogram. Harga telur eceran naik Rp 1000, dari Rp 20 ribu menjadi Rp 21 ribu.
“Untuk harga ayam brangkas per kilogramnya Rp 21 ribu. Sedangkan harga daging ayam sekarang mencapai Rp 38 ribu sampai Rp 40 ribu,” tuturnya.
Sementara Turiyah (46), pedagang sayur keliling mengatakan, jelang penutupan pasar Induk Ajibarang, ia mulai berniat akan membeli lebih banyak stok kebutuhan pokok dengan lebih dari biasanya satu hari sebelum penutupan pasar tersebut. Hal ini untuk memenuhi permintaan langganannya di kampungnya.
“Sesuai informasi yang kami dapatkan rencananya pasar akan ditutup, dibersihkan dan disemprot disinfektan. Makanya pedagang diminta tidak berangkat sebagaimana informasi dari pemerintah,” katanya. (aw,san-3)