KEMANGKON – Pihak penambang galian C di Dusun Kemojing, Desa/Kecamatan Kemangkon mengaku akan menerima aspirasi dari warga desa setempat terkait usaha tersebut. Untuk saat ini pihaknya menghentikan penggunaan alat berat untuk mengeruk pasir di lokasi penambangan.
Pengusaha galian C, Sunandar Arif Sucianto (bukan Khasan, seperti yang diberitakan kemarin-red), Senin (20/1) mengungkapkan, sebenarnya sebelum penambangan beroperasi menggunakan alat berat, pihaknya sudah melakukan sosialisasi dengan warga dari tiga RT di dusun setempat. Adapun saat ini, pihaknya juga sedang mengurus perizinannya ke Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah.
“Kalau soal kekhawatiran warga sekolah terhadap aktivitas penambangan, kami sudah sosialisasikan sejak awal. Kalau saat azan dan waktu istirahat sekolah, aktivitas penambangan dihentikan. Kami juga ada petugas dari warga yang menjaga jalan tersebut,” katanya.
Menurutnya, para penambang pasir tradisional di sekitar galian C tidak terlalu mempermasalahkannya. Dia menduga, warga yang menggelar aksi pada Sabtu (18/1) lalu dikarenakan ada provokasi dari pihak tertentu.
Lebih lanjut, pihaknya juga membuat akses jalan dari jalan raya ke lokasi penambangan. Hal ini diklaim memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar, baik itu petani maupun penambang tradisional. Pasalnya, penambang tradisional tidak lagi kesulitan menjual hasil pasirnya ke pembeli karena kendaraan bisa masuk ke lokasi depot pasir.
Kompensasi
“Yang jelas, kami sama-sama. Kompensasi untuk RT juga kami berikan. Beberapa warga pengangguran juga kami ikutkan kerja. Yang penambang manual (tradisional) kerja bareng lah. Kami tidak mematikan pekerjaan penambang manual,” katanya.
Anto menambahkan, pihaknya dalam waktu dekat akan kembali duduk bersama dengan warga dan pemerintah desa untuk mensosialisasikan pertambangan galian C tersebut.
Seperti diberitakan kemarin, lebih dari 100 warga Dusun Kemojing, Desa/Kecamatan Kemangkon menolak aktivitas galian C menggunakan alat berat yang beroperasi di wilayah setempat. Mereka menyampaikan aspirasi di rumah salah satu warga setempat, Sadir, Sabtu (18/1).
Mereka khawatir dengan keberadaan galian tersebut karena lokasinya dekat dengan sekolah. Pasalnya jalan di depan sekolah menjadi jalur aktivitas truk pembawa material. Mereka juga khawatir aktivitas galian C menyebabkan kerusakan jalan.
Adapun hasil dari mediasi disepakati, penambangan pasir tersebut masih bisa beroperasi namun dilakukan secara manual bersama warga setempat. Terlebih lagi, sebagian besar warga yang datang adalah penambang pasir manual. Pengusaha juga menghentikan operasi alat berat di lokasi tersebut. Untuk pengangkutan alat berat dari lokasi, pengusaha menunggu armada pengangkut. (H82-60)