BANYUMAS – Pengunjung Festival Rewandha Bojana di kawasan objek wisata religi Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Minggu (20/10), membeludak. Akibatnya, atraksi memberi makan kera pun sulit dilakukan.
Pegiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sakatunggal, Desa Cikakak, Andi Purnomo mengatakan, pengunjung ajang ini diperkirakan mencapai lebih dari 7.000 orang. Lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Membeludaknya pengunjung ini membuat ratusan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang menghuni hutan Desa Cikakak takut untuk memperebutkan Gligir Woh-wohan (gunungan) sayur dan buah yang dibawa oleh peserta pawai.
“Sejak pagi pengunjung di kawasan wisata religi tersebut sudah ada yang datang ke area taman kera. Mereka memberi makan kera-kera yang ada meski festival belum dimulai,” kata dia.
Semakin beranjak siang, lanjut dia, pengunjung semakin ramai. Mereka berjubel di arena kirab Gligir Woh-wohan hingga memenuhi jalan utama Masjid Saka Tunggal. Alhasil, saat atraksi memberi makan kera dimulai, hanya nampak beberapa ekor kera saja.
“Sebenarnya sudah diantisipasi dengan pagar pembatas khusus area gununungan. Tapi ternyata tidak terlalu berpengaruh. Kera-kera tetap takut,” tambahnya.
Adapun sebelum disajikan di sekitar taman masjid, tumpeng buah diarak oleh 16 peserta pawai dari desa di Kecamatan Wangon, pelaku wisata dan kalangan pengusaha dari Pendapa Paguyuban Kawula Keraton Surakarta Hadiningrat (Pakasa) desa setempat menuju halaman parkir Masjid Saka Tunggal. Sementara di lapangan parkir, sejumlah hiburan seni tradisi dipentaskan menjadi suguhan untuk pengunjung.
Andi mengaku sangat gembira dengan animo wisatawan yang datang. Lahan yang sempit tak mengurangi minat pengunjung yang penasaran untuk memberi makan kera.
“Nanti perlu dievaluasi. Termasuk untuk memecah area pengunjung dengan pagar pembatas dan tambahan atraksi untuk wisatawan agar mereka tidak terpusat di satu titik saja,” ujarnya.
Lebih Meriah
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, perhelatan kali ini memang lebih meriah daripada tahun lalu.
“Sebenarnya sebelum ramai sekali ada beberapa kera yang turun. Tapi karena semakin penuh mereka naik ke atas lagi,” ujarnya.
Menurut dia, festival kali ini terbilang cukup sukses. Pasalnya, animo pengunjung cukup tinggi. Dari festival ini diharapkan wisatawan tidak hanya mengenal Masjid Saka Tunggal sebagai objek wisata religi, tapi juga mengenal atraksi wisata memberi makan kera.
Menurut kepercayaan warga setempat, monyet-monyet ini merupakan warisan pendiri Masjid Saka Tunggal. Meskipun liar, ratusan kera ekor panjang ini tidak pernah beranjak dari sekitar komplek Masjid.
Bupati Banyumas, Achmad Husein mengatakan, selain mengenalkan pariwisata di Banyumas Barat, event ini sekaligus upaya pelestarikan lingkungan.
“Wisatawan bisa menikmati hiburan dan memberi makan kera. Kera sini tidak seperti di tempat lain, tidak nakal,” katanya.
Menurut dia, untuk mengembangkan kawasan ini, pihak Pemkab Banyumas harus berdialog dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat. Sebab, wisata religi ini dikelilingi kawasan hutan. (K35-37)