PURWOKERTO – Guna menghadapi era revolusi industri 4.0, lembaga pendidikan tinggi harus mulai menyiapkan kompetisi lulusan yang memiliki keunggulan. Keunggulan itu mencakup tiga hal yakni literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia (humanities)
Demikian dikemukakan Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Wijayakusuma Purwokerto, Ir Sugeng Herijanto MP, di sela Workshop Kurikulum di Hotel Rosalia Baturraden, Rabu (22/1). Menurutnya, hal ini sudah menjadi arahan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) tahun 2019 lalu. Seluruh perguruan tinggi harus menyesuaikan kurikulum untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
“Kurikulum 2019 lalu diarahkan untuk menghadapai revolusi industri. Dunia pendidikan harus melakukan reorientasi bahwa capaian pembelajaran lulusan ditambah dengan literasi yang baru yaitu literasi data, teknologi dan manusia (humanities). Kompetensi lulusan harus tahu tiga literasi baru itu,” jelasnya.
Dia mengatakan, untuk memenuhi capaian tersebut, kurikulum yang disusun dalam workshop akan memperbarui proses pembelajaran. Sistem perkuliahan mengadopsi dua metode yaitu luar jaringan atau tatap muka serta dalam jaringan (daring) atau e-learning.
“Kalau sudah diimplementasikan kami harap ada satu muatan yang luar biasa, e-learning itu. Harapannya dosen bisa memenuhi tuntutan untuk meningkatkan publikasi jurnal ilmiahnya,” kata dia.
Heri menargetkan, dalam waktu tiga bulan hasil dari workshop ini mampu menyiapkan draft kurikulum baru di Unwiku. Tujuannya agar setiap program studi siap untuk menerapkan dalam proses pembelajaran.
Blended Learning
Salah satu tim penyusun kurikulum Unwiku, Cahyaning Ria Uripi mengatakan, kurikulum baru ini akan menerapkan metode pembelajaran blended learning yang memadukan perpaduan antara kuliah dengan metode luar jaringan dan dalam jaringan. Sementara tiga kompetensi yang dibutuhkan akan menjadi muatan pada mata kuliah.
“Misalnya kompetensi dalam hal literasi data. Maka mahasiswa harus bisa menggunakan big data, misal data dari dunia maya. Mata kuliah marketing nanti bisa diarahkan ke sosial media marketing. Lebih ke muatan mata kuliahnya,” katanya.
Menurut dia, meski menggunakan metode pembelajaran daring, setiap pengajar tetap membutuhkan tatap muka (luring) sebanyak 60 persen. Sisa pertemuan lainnya menggunakan sistem pembelajaran online sebanyak 40 persen.
“Mata kuliah tidak mengalami perubahan. Akan tetapi, apabila muatan mata kuliah tersebut kurang mencukupi kompetensi maka bisa jadi ada perubahan (mata kuliah),” ujarnya. (K35-52)