PURBALINGGA – Sejumlah perusahaan bulu mata palsu mulai mengurangi karyawannya. Permintaan yang merosot dan persaingan dengan Tiongkok disebut sebagi penyebabnya.
Pemilik PT Hyup Sung Indonesia, Song Hyung Keun mengakui, produksi bulu mata palsu di perusahaannya merosot seiring dengan permintaan pasar global yang menurun, karena bersaing dengan Tiongkok. Biasanya rata-rata produksi per bulan 1,3 juta piece, namun saat ini turun hingga 30 persen.
“Mau tidak mau, kami harus mengurangi jumlah karyawan dari 1.900 orang menjadi 1.300 orang,” katanya saat menemui Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Kamis (10/10).
Song menambahkan, produktivitas tenaga kerja di Tiongkok lebih tinggi dari Purbalingga. Bahkan, mereka cenderung meminta lembur bekerja. Di samping itu, produksi dari Tiongkok juga meningkat tajam karena mentalitas pekerjanya sangat bagus.
Kemudian, dari segi harga, produk dari Tiongkok juga lebih murah dengan kualitas menyerupai produk Purbalingga yang dikerjakan secara manual. Dengan kondisi itu, pihaknya harus menyelamatkan perusahaan.
“Sekali lagi, caranya dengan mengurangi karyawan, meningkatkan produktivitas pekerja dan inovasi produk,” katanya.
Stagnan
Pemilik PT Indokores Sahabat, Hyung Don Kim mengungkapkan, saat ini perusahaan bisa dikatakan stagnan. Bila kondisi itu berlanjut ditambah ketidaknyamanan situasi dalam menjalankan produksi, diprediksi perusahaan hanya bisa bertahan 5-10 tahun.
“Untuk kompetitor bulu mata palsu bersaing ketat dengan Tiongkok. Sementara untuk wig, dari Purbalingga kualitasnya belum mampu tersaingi,” katanya.
Bupati Tiwi mengatakan, lesunya perekonomian global dan persaingan dengan Tiongkok membuat ekspor bulu mata palsu dari Purbalingga melemah. Menyikapi hal itu, dia berharap situasi segera lebih baik, dan permintaan kembali pulih.
“Kalau bisa jangan sampai ada PHK. Jika ada permasalahan, diselesaikan dengan baik dan musyawarah sesuai ketentuan regulasi ketenagakerjaan,” katanya.
Bupati dan rombongan mengunjungi pabrik rambut Penanaman Modal Asing (PMA) PT Indokores Sahabat, PT Hyup Sung dan PT Sun Chang Indonesia dan satu perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Bintang Mas Triyasa (BMT). (H82-60)